Minggu, 08 Juli 2012

Puding Pepaya

Pernah lihat pepaya didalamnya ada puding?.Wah rasanya enak banget. Saya bisa bikin pudding, tapi yang dikombinasi dengan pepaya belum pernah tahu. Saya temukan puding berbalut pepaya ini di sebuah pesta rakyat Solo. Pesta rakyatnya sederhana. Di sebuah lapangan besar, pengunjung tak begitu berjubel, tapi variasi barang yang ditawarkan beraneka ragam. 

Saya memang paling doyan mendatangi pesta rakyat semacam ini. Pertama, saya rakyat biasa. Kedua, saya bisa mengetahui kreatifitas masyarakat Indonesia dalam  menciptakan ide baru dalam hal  camilan, baju-baju, batik, asesoris.  Ketiga, saya bisa menyantap makanan di sana, sembari ngobrol dengan pemiliknya. Tanya ini, tanya itu. Interaksi semacam ini sungguh mengasyikkan. Ada kekeluargaan di sana, tidak kaku.  Serasa lebih membumi.  Kami antara penjual dan pembeli bisa saling menyapa,  ngobrol ngalur ngidul tentang banyak hal. Pokoknya  asyik ciamik.


Puding pepaya itu dijual sangat murah,  Rp 1500 yang ukuran kecil. Untuk ukuran besarnya,  Rp 2500. Mengapa saya bilang murah? Karena rasa enak yang diberikan tak sebanding dengan harganya. Jadi saya bilang terlalu murah.  Pudingnya warna hijau dengan tambahan santan. Puding jadi tidak begitu enek karena dibaluti pepaya.

Begitu luar biasanya Indonesia ini. Makanan apa saja bisa ditemukan dan dijadikan macam-macam makanan yang punya nilai jual. Tapi dengan kekayaan yang dimiliki ini, kenapa negara ini masih miskin ya? Ah sudahlah...membahas negara miskin dan segala permasalahannya, malah bikin puding jadi tak enak. Mari kita bicara puding saja. :)


Selagi menjajal puding pepaya, pemilik lapak menawari saya minuman teh. "Dijamin enak mbak, tehnya  sangat lain," kata dia. Tuh kan, nongkrong itu bisa kemana-mana dapetnya. Ya ilmu, kenalan baru, dan sajian teh. Saya penasaran. Teh bukannya rasanya begitu-begitu saja. Saya pun menerima satu cangkir teh itu. Begitu saya coba. Alamakjan. Sepertinya itu teh terenak yang pernah saya cicipi  selama ini, deh. Mau tahu rahasianya? Dengan sedikit membujuk, saya minta rahasia teh enak itu. Ternyata ada empat merk teh yang di oplos menjadi satu. Nah, oplosannya apa, "Itu rahasia," kata si ibu. Oke baiklah. Minimal saya cukup tahu sebagian kecil rahasianya. Jadi akan saya praktekkan di rumah.

Entah kenapa dari dulu saya punya mimpi punya restoran sendiri. Siapa tahu ilmu yang saya peroleh hari itu  kelak ada manfaatnya.Misalnya, bisa mencipta teh dengan rasa terbaik hehehe.

Begitu  pulang ke rumah,  ada semangat baru untuk membuat karya. Kalau mereka punya ide segudang, apa ya yang bisa kubuat untuk Indonesiaku. Minimal saya melakukannya untuk siapa saja yang membaca tulisan ini. Iya kan? Hehehe



Yogyakarta, 9 Juli 2012


Puku; 11.33

   

4 komentar:

  1. slurp, ngiler... ketokmen ancen enak + perpaduan warna-ne apiek klu, ijo ro orange.

    BalasHapus
  2. tjapoenk.blogspot.com8 Juli 2012 pukul 22.53

    yoiii..bener ...aku wis merasakan enak puolll hehhee

    BalasHapus
  3. idih cantik sekali pudingnya ya beib ....

    BalasHapus