Kamis, 14 Juni 2012

Reuni dan Cerita Rumah


Pekan lalu, setelah meditasi di Mendut, saya menemui teman kantor tempat saya bekerja  yang juga atasan dari Jakarta. Dia tengah tugas di Solo menggantikan tugas atasannya lagi. Sudah lama  sekali kami tak mengobrol ataupun berhubungan lewat BBM. Kami tenggelam dalam kesibukan kami masing-masing. 

Setelah menjemputnya di stasiun kereta api, saya mengajaknya ke restoran Phuket, makanan khas Thailand. Ini salah satu restoran favorit saya. Tentu, menu Tom Yum Khung, salah satu andalan makanan di sini.  Bukan cuma Tom Yum  yang kami pesan. Tapi juga  singkong Thai, salad ayam panggang, cha sawi, teh Thai, disusul roti Canai dan ayam kemangi. Saking banyaknya pesanan, pelayan restoran sampai "bergidik" ngeri menyaksikan pesanan kami. Saya sendiri juga cukup surprised. Maklum selama ini cuma pesan tom yum dengan roti canai atau singkong Thai.

Semula kami cuma  coba-coba. Cicip menu sana-sini.  Tapi sungguh ya ampun, semua  makanan yang ada di sini enak semua. Alhasil, kami berdua sampai "klenger" kekenyangan. Wajah meruap merah kepedasan. Keringat bercucuran, dengan perut sedikit membuncit. 

Begitu kelar makan, kami menuju Hotel Dusun Village Inn, tempat dia menginap. Tampak dari luar, suasananya agak menyeramkan. Tapi begitu masuk ke dalamnya, asri dan serasa di rumah sendiri. Kolam renang mungil berkecibung suara air ketika anak-anak bule berenang bersama orangtuanya. Kebahagian mereka menular pada saya. Nyesss.

Pada kamar suite tempat dia menginap, kami berbagi cerita soal rumah. Percaya atau tidak, dengan jabatan redaktur,  masa kerja puluhan tahun,  dia belum punya rumah. Sama  seperti saya. Kalaupun ada keberuntungan, saya sudah memiliki tanah, tetapi belum jua dibangun-bangun hehehhe. Saya menarik kesimpulan, kesalahan strategis yang kami lakukan bersama adalah terlalu idealis memilih tempat tinggal. Jauh sedikit ogah. Tipe rumah tak sesuai juga emoh.

Bandingkan, teman-teman kami yang memilih tempat tinggal jauh seperti masuk ke negeri antah berantah. Mereka mencicil dengan harga murah. Seiring waktu harga tanah sudah melambung, kawasan yang semula mereka huni jauh sudah ramai. Jika mereka enggan menempati rumahnya, mereka akan mengontrakkan rumah dan  memilih kos di pusat Jakarta. Pada waktunya ketika mereka mau menikah, ingin tinggal di rumah yang lebih besar, rumah kecil dijual dan jadi uang muka. Tentu dengan harga yang berlipat-lipat dari sebelumnya. Itulah kesalahan kami. Tak menyadari investasi rumah betapapun kecil dan murahnya, perlu dilakukan sejak dini.

Tapi tak ada kata terlambat untuk memulai. Dia memutuskan akan membeli rumah di Jogja dengan harga yang reasonable. Alasannya, persiapan pensiun kelak di kemudian hari yang akan dilaluinya di Yogyakarta. Kedua investasi.

Ilustrasi yang saya ceritakan padanya mungkin bisa menjadi gambaran teman-teman lain.  Suatu hari, saya mencari rumah kontrakan. Pemiliknya simbah-simbah berjualan di pasar. Yang bikin saya terhenyak adalah, dia membuat 8 rumah dengan tipe berbeda-beda. Rumah dikontrakkan dengan sewa Rp 8 juta  pertahunnya. Pasive income datang padanya dengan nilai total Rp 64 juta pertahun. Seperti menerima uang pensiun Rp 5 juta lebih perbulan bukan? Pada masa tua-nya si simbok di pasar tak tergagap-gagap kekurangan uang untuk menghidupi dirinya sendiri, bahkan keluarganya.

Saya bilang pada dia, kita ini wartawan yang "seolah-olah" mengetahui semua informasi, tetapi tak cukup "cerdas" dalam menata hidup. Tenggelam dengan persoalan banyak hal, pejabat korupsi, negara akan bangkut dan sesuatu besar lainnya,  tetapi alpha terhadap diri sendiri. Dan suatu hari...ketika  rambut sudah beruban, barulah tergagap-gagap menyadari tak memiliki  rumah tempat berteduh. 

Sekali lagi, tak pernah ada kata terlambat. Saya cuma berpesan. Buat mereka yang masih bujangan, atau pasangan muda, berinvestasilah tanah atau rumah, sesederhana apapun, atau sekecil apapun. Rumah adalah kebutuhan primer, siapapun insan di dunia pasti membutuhkannya. 


Yogyakarta, 14 Juni 2012

Pukul 10.00







2 komentar:

  1. hehehhe yak stuju... wis mulai sekarang.. jajannya tanah dan ruko ya ,, aja singkong thai terus.. cegluk.. pengen aku hihihihi

    BalasHapus
    Balasan
    1. tjapoenk.blogspot.com17 Juni 2012 pukul 04.41

      Lha singkong Thai nya enak je...hihihiih. semangat...tnah dan ruko persiapan masa depan

      Hapus