Minggu, 17 Juni 2012

Arisan

Ini identik dengan perempuan. Apa boleh buat. Embel-embel lainnya, identik dengan makan, ketemu teman lama, dan bergosip dong. Gosip, digosok makin siiiippp. Apalagi setelah muncul film Arisan yang membidik kaum jetset dengan segala polahnya yang bikin kita "bergidik".

Jika Arisan jaman sekarang layaknya di film itu....wow sudah jelas  bergeser jauh dari yang saya ketahui. Di kampung-kampung, motivasi warga ikut arisan biasanya karena alasan ekonomi. Misalnya, pingin beli kompor gas,  pingin bayar SPP anak. Jarang sekali saya mendengar, arisan untuk foya-foya, apalagi cuma sekedar pamer kekayaan, pamer jabatan suami dll.

Ketika  awal-awal kerja, saya ikut arisan Rp 350.000-an. Waduh ...berat banget. Karena gaji saya pada saat  itu tak sampai Rp 2 juta. Kayak orang terengah-engah habis lari-lari. Tapi waktu itu saya pingin jalan-jalan ke luar negeri. Nah...dengan memaksa menabung lewat arisan, maka keinginan saya bisa terpenuhi. Saya harus mengakui kelemahan diri ini sulit menabung. Nyaris tak ada uang berlebih dalam tabungan saya. Kadang-kadang malah minus. Hiks hiks. Investasi saya cuma asuransi doang. (kasian ya saya !) Maka, saya punya tiga sampai empat asuransi untuk hari tua nanti :) Kayak orang pensiunan PNS yang digaji, tetapi dari asuransi.

Nggak semua arisan yang saya ikuti gede-gede. Palingan cuma Rp 50.000 sampai Rp 100.000. Itupun dapetnya auzubilah lamanya. Bayangin aja pesertanya di atas 30. Sampai merongos nunggunya deh. Saking lamanya, bisa-bisa peserta sudah ada yang pindah kerja dan kabur deh hehehe. Ini menurut cerita teman-teman lho. Tapi kisah saya tentang Arisan manis-manis aja tuh. Nggak ada yang kabur atau menilap uang.

Nah, teman saya punya ide bikin arisan ngumpulin modal. Kami berdua lalu mengajak teman yang tertarik. Pesertanya kebanyakan pengusaha. Karena motivasinya mengumpulkan modal, entah untuk biaya sekolah, usaha, traveling dll, maka nilainya gede. Perorang Rp1 juta dan Rp 500.000.Peserta hanya dibatasi 10 orang karena kita semua malas berlama-lama.

Pernahkah terpikir bahwa arisan dengan nilai besar itu seperti kita tengah mengajukan kredit tanpa agunan tetapi bunganya 0 persen. Saya cukup kaget mendengar cerita teman-teman yang mengikuti arisan Rp 5 jutaan  bahkan di empat tempat. Walah...arisan kelas berat.  Berapa besar pendapatan mereka ya? Biasanya tarikan arisan yang mereka peroleh untuk membayar uang  DP rumah  anaknya, atau mengganti mobil lama. Hiiii...saya mah nggak sanggup.

Tapi begitulah. Sudut pandang orang berduit sungguh berbeda dengan orang kebanyakan. Dengan perputaran arisan, uang bisa dimanfaatkan sedemikian rupa. Memang buat orang kaya lainnya, menyisihkan uang Rp 5 juta dengan rentang waktu justru merugikan. Dalam bayangan mereka, uang sebanyak itu sudah  beranak pinak ketika dalam genggaman mereka. Atau pihak lain menilai, lebih baik menabung di bank tetapi mendapat bunga. Tapi pada situasi sekarang berapa besar sih perolehan bunga di bank. Minim sekali. Saya lebih suka pendapat pertama. Arisan itu semacam kredit tanpa agunan dengan bunga 0 persen. Tapi yang kebagian terakhir tak berlaku-lah hukum ini hehhee.

Arisan ini pun, tak akan kongkow-kongkow di cafe-cafe atau restoran yang mengeluarkan biaya. Uang terkumpul, dikocok siapa yang namanya keluar. Begitu namanya keluar, transfer deh. Karena peserta tersebar di Jakarta, Bogor, Bali, dan Yogyakarta, maka murni arisan ini untuk menambah modal atau menabung untuk  keperluan lain. Jadi arisan sungguh bermanfaat bukan? Ayo, siapa mau gabung? Masih ada kursi lho. :)


Yogyakarta, 17 Juni 2012 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar