Minggu, 12 Februari 2012

Selingkuh

Ini topik  sensitif, meski sebenarnya dekat dengan keseharian kita.  Entah dia sendiri yang jadi pelaku, sang teman yang selingkuh, atau saudara yang selingkuh. Entah dilakukan sembunyi-sembunyi atau telanjang. Entah mengakui dirinya selingkuh,  munafik mengakuinya, atau tidak sadar melakukannya. Tergantung pribadi masing-masing, sih.

Kalau Angie dan Anas Ubaningrum di iklan dengan muka  serius bilang "Katakan tidak pada korupsi,", begitu juga saya. "Katakan tidak pada perselingkuhan." Itu berpuluh tahun silam. Ketika saya masih naif. Kata buku The Secret, seseorang yang mengawali kata jangan atau tidak justru dia tengah mengerjakan sesuatu dari kebalikannya. Sebab hukum alam itu tarik menarik.  Tadinya saya nggak percaya. Tapi kok ya dalam banyak hal, harus saya akui kejadiannya benar adanya.


Maka ketika ada seorang teman bilang begini:  saya nggak setuju, apapun alasannya, mau keluarga harmonis atau tidak itu bukan alasan melegalkan CLBK (Cinta Lama Bersemi Kembali) alias perselingkuhan, saya cuma tertawa.  Persis nasihat saya berpuluh tahun lalu kepada banyak teman. Dalam perjalanannya, saya menyadari ini,  ada suatu peristiwa yang tidak bisa dikendalikan, tidak bisa kita kontrol. Kita tidak meminta, tetapi dia hadir. Ada pula yang kita sengaja mencarinya.


Jadi, untuk sikapnya yang bilang "Tidak, pada perselingkuhan." persis seperti  Angie  yang bilang  "tidak pada korupsi, tetapi belakangan yang ngomong melakukan, saya  cuma bisa bilang, semoga saja seumur hidup, dia tidak pernah  mengalaminya. Karena saya percaya hukum alam itu mutlak kok. Ada yang di atas, ada yang di bawah. Ada hitam, ada putih. Seperti roda, hidup berputar terus.  Kita tidak pernah tahu ke depannya bagaimana, di atas atau di bawah. Jangan-jangan saja kita tidak pernah terjebak urusan ini, karena memang tidak ada lelaki atau perempuan yang datang pada kita. Atau si cewek naksir, cowoknya nggak.Si cowok naksir, perempuannya nggak. Nah, ketika dua-duanya saling  jatuh cinta, apa iya bisa lolos?  Hihihihi.


Selingkuh macem-macem motivasinya. Ini dari beberapa pengamatan saya dan kejadian yang  saya alami. (Eh ngemeng-ngemeng karena saya masih single, saya tidak pernah berselingkuh dong ;) Ada yang sekedar iseng, cuma pingin have  fun, ngeseks doang, sedang ada masalah dengan pasangannya, nostalgia jaman dulu alias CLBK -- Cinta Lama Belum Kelar, atau benar-benar terpagut panah asmara beneran.


Waktu saya  mau menulis topik ini, teman yang pernah "terperangkap" dengan  SLI bilang begini. "Tambahi ya dalam tulisan, saat melakukan  SLI, rasanya benar dan wajar karena  cinta itu datang  sendiri. Pakai bawa Tuhan segala, kenapa mempertemukan  dan menganugerahi cinta. Padahal itu semua  bisa diatasi dengan logika dan kesadaran.  Saya sudah mengalaminya." Saya tahu teman ini sampai berdarah-darah keluar dari belenggu perselingkuhan ini. Apakah akhirnya berlalu? Melalui latihan kesadaran,  sekitar enam bulan, saya menyaksikan jejak "rasa sesaat" itu pudar dan lambat laun lenyap. Kalau semula dia masih bingung jika sang tambatan hati masih menelpon, menyapanya, maka dengan cuma menyadari obyek itu, perasaan itu hilang. 


Saya termasuk orang yang tidak percaya kalau perasaan cinta seseorang itu tidak bisa hilang. Apalagi setelah Buddha bilang  cinta itu sumber penderitaan. Sangat benar. Orang yang mau terperangkap di dalamnya, karena dia bersedia memilih menderita. Cinta sejati, yang tanpa menilai, yang diperoleh dari batin yang bebas barulah yang tak mendatangkan  penderitaan. Bagi mereka yang belum pernah melatih kesadaran mungkin ini sulit dipahami. Bagaimana mungkin cinta adalah sumber penderitaan. Kan cinta mendatangkan kebahagiaan? Wah kalau topiknya sudah kesana bisa melebar kemana-mana.


Jadi kembali ke topik selingkuh saja, ya? Subuh-subuh tadi pagi, ada teman yang tengah ke luar negeri curhat. Dia  jatuh cinta dengan seorang tampan. yang begitu perhatian padanya. Jelas, dia sudah menikah dan punya anak.   "Kenapa aku gampang jatuh cinta. ya, Mbak? Saya kerap mendapat curhatan seperti ini. Nasihat saya pun standar, termasuk kepada teman-teman lain yang terjebak pada perselingkuhan. Perasaan cintanya itu ndak salah. Wong dia hinggap, mak bedunduk.  Dan panah asmara itu pun datang menghinggapi kita. Ini  kayak busur yang dilepaskan dan mencari satu obyek. Ketika obyek itu mengena, lhaaa....begitulah yang terjadi. Kan nggak mungkin satu panah bisa mengenai obyek lebih dari satu. Menancapnya kan cuma pada satu obyek saja.


Yang salah itu, kalau kita menanggapinya membabi buta. Maksudnya? Ya terseret ke dalam perasaan itu, melekatinya. Ini yang membuat orang bisa tidak jernih mengambil keputusan, tidak sadar dengan apa yang dia lakukan. Saya  bertanya pada dia, sebelum dia memutuskan melanjutkan atau tidak hubungan ini. "Kalau suami mengkhianatimu, mau nggak? Dia jawab,"Nggak mau." "Ya sudah, berhenti," kata saya. . Ada juga saudara yang mengalami tergila-gila dengan mantan kekasihnya. Tai kambing rasa coklat, deh pokoknya. Diberi nasihat tidak mau ya sudah.Saya bilang, mencintai orang yang bukan pasangan, berarti siap-siap menderita. Kalau mau meneruskan menderita dan kamu mampu menjalaninya. Ya, monggo saja.


Ada pula teman lain, yang  selingkuh sampai jadi kebiasaan. Suatu kali dia tanya kepada saya, apa batasan amanmu  biar selingkuh itu ndak jadi masalah. "Jangan tidur sama pasanganmu." Bila perlu, tidak  bersentuhan fisik. " Kata dia: Yiaaaaa....mana bisa? Saya jawab," Ya sudah." Jangan mengeluh ya kalau nanti ada apa-apa. Emang kamu nggak pernah ngapa-ngapain? Saya jawab: "Sama pacar resmi saja saya nggak mau tidur, apalagi sama selingkuhan yang  ending ceritanya sukar dipastikan."  Hehehe.


Saya enggan menghakimi siapapun  teman, saudara yang sudah terbelit dengan urusan perselingkuhan. Itu kebebasan mutlak pada tiap  pribadi.  Saya pun tidak pernah akan pernah  bilang. "Jangan atau tidak", setelah beberapa tahun lalu, panah asmara saya jatuh pada seseorang. Tak terduga datangnya. Lagipula, tak selamanya hasil akhirnya  buruk. Ada misteri hidup yang sulit bisa diterima akal sehat, ketika mengalaminya.Ya sudah. Terima saja keadaan itu. Tidak melekati, tidak menolak, dan tidak menghindari. Cukup menyadarinya. Dan langkah  pun  jadi ringan.



Yogyakarta, 11 Februari 2012.

]Pukul 10.34.

4 komentar:

  1. Pertama, apa hubungan gambar candi sama postinganmu? Apa itu candi tpt selingkuh? Hehehehe
    kedua cinta sejati yg katamu hanya bs dipahami oleh orang yg meditasi itu aku terus terang belum pernah lihat praktiknya, krn cinta seorang ibupun ada pamrih nya walaupun sering tak disadari oleh si ibu sendiri.
    Lah gak usah ibu, Tuhan saja nyatanya munta bukti cinta manusia trs menerus dng memberi kita cobaan. Kan katanya disitu cinta kita kepada Nya diuji. Lah nek cinta sejati tak perlu diuji sebetulnya kan?
    Tapi ini iso dowo diskusi ttg siapa Tuhan hahahhaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. candi kemurnian jarene. Ora ono hubungane sih. ra duwe gambar. nek gambare aing-aing, topiknya selingkuh. mengko diprotes hihihi. lha nek meh nggambleh tentng tuhan mending karo nyuklat wae yo

      Hapus
  2. Balasan
    1. tjapoenk.blogspot.com13 Februari 2012 pukul 01.19

      oh ngono to sing mbok maksud yang kemarin nggak aku banget....hhiihihi...oke deh

      Hapus