Sabtu, 11 Februari 2012

Ngintip Blog

Setelah jadi blogger (busyet kedengarannya kok gagah ya) saya suka intip-intip blog teman-teman. Mengintip blog itu asyik lho. Bukan untuk membanding-bandingkan tulisan sih. Tapi  lebih tertarik, cerita dia hari ini apa ya? Isi kepala beda, aktivitas berbeda, maka yang ditulis juga pasti beda. Senang sekali dengan warna warni hidup ini.


Dari intip-intip itu belanjaan kita jadi banyak. Ya belanja ilmu, wawasan, dan keunikan pribadi. Dari mengintip blog saya juga tahu bahwa ada banyak hal-hal sederhana yang sering terlewatkan karena kebiasaan. Misalnya peran ibu rumah tangga. Menjadi ibu itu buanyak banget kerjaannya.


Tapi sejauh ini blog yang saya intip masih sedikit sekali. Maklum lagi sakau dengan blog sendiri. Kayak anak kecil yang dapet mainan baru :)Tiap hari saya  semangat banget update blog. Sampai-sampai beberapa temen bilang,"Gila! Produktif banget." Saya memang tengah mempertahankan ritme menulis saya yang setahun belakangan  kacrut. Nah, begitu sudah "on" maka saya tahu tidak akan berhenti menulis. Ibarat motor yang akan dipakai pertama kali, perlu pemanasan. Hehehe. Semoga tetap konstan ya. Pekerjaan saya menulis. Kalau mati gaya, mau makan apa? :( 



Dari intip-intip blog ini, ada blog temen saya di http://episodediri.blogspot.com berjudul ibu rumah tangga yang cukup membuat saya diam sejenak. Jadi ibu rumah tangga itu ndak sesederhana yang saya  bayangkan. Perlu banyak energi. Dan kalau tak menyadari peran itu, saya pikir jadi ibu rumah tangga bisa cuma abal-abal doang.


Jadi ibu rumah tangga yang sukanya mengeluh atau menyerahkan sepenuhnya tugas kepada asisten rumah tangga. Tapi mengingat banyaknya pekerjaan itu mulai dari membangunkan anak-anak mereka, memandikan, memasak,mencuci piring, hingga melayani suami, sampai dia sendiri bekerja, saya jadi bertanya-tanya pada diri  ini,  bisa nggak ya melakoni rutinitas ini. Wowww...luar biasa jadi ibu rumah tangga.


Saya jadi inget sahabat saya Ine, pemain teater  yang kini sutradari. "Sehebat apapun perempuan, mau jadi pejabat, sutradara, aktris, di rumah dia tetap mengurus anak." Secara naluriah, anak juga akan lari ke ibunya, bukan ke bapaknya untuk urusan printil-printil seperti memakai baju, mau makan, mandi. Kalaupun ada anak-anak yang minta pertolongan ke bapaknya, jarang banget.  Saya menyaksikan sendiri kala saya berkunjung ke teman atau sanak saudara momen-momen seperti ini betapa repotnya para ibu-ibu.


Suara teriakan  di pagi hari meminta anaknya bangun, mandi, sarapan kayaknya jadi  rutinitas ibu-ibu seluruh dunia deh. Sahabat saya saking kencengnya "bengok-bengok" dengan tiga putera puterinya, dijadikan keisengan sang suami.  Konyol dan lucu juga. Suaminya merekam raungan sang istri di pagi hari. Begitu putera puteri mereka sudah berangkat sekolah, sang suami  menyodorkan hasil rekamannya ke sang istri. "Coba dengar suaramu." Teman saya keki berat, tapi juga tersipu-sipu malu.  "Weleh, suaraku tibake melengking  yo," kata sang istri tersipu-sipu malu. "Tapi kalau ndak teriak begitu, mereka bisa-bisa ndak sekolah," kata teman saya membela diri di depan suaminya.


Kisah lain diceritakan teman saya  SMA. Saya tahu, dia sangat pendiam, nyaris tak bersuara di bangku SMA. Cerita lantas bersambung ke dunia anak-anak. Dia bercerita betapa setiap pagi dia harus senam mulut teriak-teriak ke anak-anak karena mereka susah bangun, males mandi, males makan. Ada saja yang membuat para ibu harus teriak-teriak.  Sampai-sampai dia bilang, "Kamu cek aja suasana  pagi ibu-ibu di seluruh nusantara, pasti  mereka senam mulut." Hahaha. Saya ngakak.Kesimpulan saya, jangan pernah remehkan peran ibu rumah tangga ya? Peran mereka tak ada bedanya dengan para pekerja kantoran.


Kembali ke soal intip-intip blog, kemarin saya tergelak membaca postingan sepupu di http://indahnyahariku.blogspot.com yang lucunya minta ampun. Polos, lugu, dan pelupa. Yang terakhir sifat pelupanya  mirip saya haha.  Di blognya, dia bercerita ketinggalan kacamata minusnya di rumah dan harus beli kacamata tembak. Dari blog ini saya jadi thu ada kacamata minus yang dijual Rp 30.000. murah amat yak. Nggak kebayang kan? Soal bagaimana kelucuannya, silahkan baca sendiri, deh.


Dari intip-intip blog itu, cerita sederhana peristiwa  keseharian memberikan warna bagi saya. Menyadarkan kepada saya bahwa setiap manusia membawa keunikannya sendiri.  Tulisan yang tanpa bermaksud menggurui, hanya sekedar mencatat, menceritakan, mereportasekan yang dilihat dan diamati. Seru rasanya.


Yuk, ngeblog.

Yogyakarta, 10 Februari 2012

Sudah hampir tengah malam nih.

2 komentar:

  1. hihii,
    ;agi sakau niyeee.......
    :P
    #melet

    BalasHapus
    Balasan
    1. tjapoenk.blogspot.com11 Februari 2012 pukul 20.03

      Yoaiiiii....demi tanah air dan diri hahahhaha. halah

      Hapus