Saya baca email kawan ini. Dia menyebut "koresponden benalu yang bagusnya di buang ke laut aja". Apa pasal? Melalui persepsi dia, koresponden yang benar-benar di zona nyaman, tak berani memperjuangkan perjuangan dengan lebih tegas, kecuali untuk dirinya sendiri karena ternyata merangkap kerja di sejumlah media sekaligus.
Reaksi batin saya marah. Marah dengan kengawuran pikirannya. Kalau saat ini dia di depan muka saya dan ada asbak di depan mata saya, akan saya lempar asbak ini ke muka dia. Tapi bisa jadi hanya berhenti di pikiran saja, saya tak akan melakukannya. Sedetik kemudian saya sadar. Reaksi batin ini kembali bergejolak. Muntab luar biasa. Saya siap mengetikkan email dan memaki-maki dia. Tapi kembali saya sadar dengan kemarahan itu. Saya sadari kemarahan itu dan tinggal bersama rasa itu. Perlu beberapa menit. Rasa marah itupun reda. Netral kembali.
Saya memutuskan hanya menulis di blog, wilayah paling private menulis keseharian saya. Mungkin orang harus terus menerus menerapi dirinya dengan cara menulis terus menerus untuk menjaga "kewarasan" dan kesadaran dirinya. Agar apa yang dia ucapkan, perlu disadari lagi dan lagi. Menjadi orang sadar itu pilihan. Terimakasih kawan sudah membuat saya marah dan kemarahan ini bisa saya sadari dengan cepat. Dan lenyap tak berbekas.
Yogyakarta, 29 Maret 2012 yang cuma 4 tahun sekali.
8.43 PM
lho lho??? temanya sama
BalasHapushihihihihi...iya. ajaib ya.
BalasHapuscatatan yang menarik...
BalasHapuskunjungan pertama
salam kenal
Revolusi Galau
ya
hai adang. salam kenal juga. Tadi sudah liat blognya juga...:) tapi ndak bisa kasih komen tuh
Hapus