Selasa, 17 Januari 2012

Yuk, Melancong ke Ketep

Keteb pukul 07.30


Ketep. Belum banyak yang tahu lokasi wisata di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah ini. Padahal tempat wisata ini dahsyat banget lho keindahannya. Keindahan yang sempurna menurut pendapat subyektif  saya. Bayangkan dari sini, ada lima Gunung yang bisa kita nikmati. Sindoro, Sumbing, Merapi, Merbabu, dan Slamet. Semuanya bisa ditangkap dengan mata telanjang. Depan belakang, samping kanan dan kiri, sampai kita dibingungkan harus memfokuskan obyek yang mana. Semua sama mempesonanya.


Wisata Ketep sudah cukup digarap serius  oleh pemerintah setempat, meski ada bolong di sana sini, terutama transportasi pendukungnya. Kita bisa menonton film tentang kegunungapian di Museumnya. Titik pandang mata seperti terlihat ada di gambar tersedia kursi dan tempat nongkrong. Ketika saya memasang foto ini di facebook, banyak yang bertanya di hotel mana ini? Padahal tempat ini benar-benar  murni lokasi wisata, tidak ada restoran,  juga hotelnya. Kalaupun ada tempat makan dan minum, hanya gardu-gardu sederhana milik warga setempat.


Sudah kali ke sekian saya mengunjungi Ketep, (mungkin 5 kali). Pada kunjungan terakhir inilah Gunung Merapi sebersih ini baru dapat saya nikmati. Maka, begitu mendapatkan  keindahan yang begitu sempurna ini, saya kalap memotret. Kamera poket dan BB ini  tak henti-hentinya membidik semua yang mampu saya jepret.  Belum pernah saya senorak ini, kawan. Naik di atas pagar yang mestinya tidak boleh dilakukan karena bahaya, bisa jatuh ke bawah. Miring ke kanan, ke kiri. Pokoknya....saya banci kamera yang seolah-olah baru pertama kali  punya kamera hehehe.  


Di sebelah Gunung Merapi itu sebenarnya ada Gunung Merbabu. Cuma, (saya tak bermaksud membedakan keduanya), memotret Merapi memang lebih eye catching. Sementara dua gunung itu  sulit dipotret  berdampingan. Mungkin karena saya bukan  fotografer. Jadi, saya  cuma bisa memotret salah satunya.

Mengapa saya sekalap ini? Untuk menghasilkan pemandangan sebersih ini saya perlu berbagi. Jangan bernasib sial seperti saya sebelum-belumnya ketika mencoba mengunjungi Ketep. Pada kunjungan sebelum-belumnya, saya hanya menikmati kabut. Seperti orang buta yang berjalan dalam kegelapan. Tak menemukan apa-apa.  Dan itu berulang-ulang terjadi. Sudah begitu ampun dinginnya. Brrrrrrrrrrrr.  Teman-temanku penyuka perjalanan pasti tahu berwisata ke Gunung itu seperti kita menunggu kekasih yang kita kunjungi, tetapi kunjung ke luar dari kamarnya. Kadang-kadang perlu sedikit rayuan (ah...lebay). 


Tapi memang begitulah Gunung. Nah, untuk mengunjungi Keteb kita memang perlu bersusah payah. Yah...mirip pria yang menunggu si gadis menyatakan "iya" ketika sang jejaka sudah menyatakan cintanya agar cintanya diterima. Hihihi.Pertama, kita mesti bangun pagi sekali. Yap pukul 4.30 saya sudah bangun. Saya harus berangkat pukul 05.00 karena saat tepat menikmati gunung-gunung itu pukul 06.00. Perjalanan ke Keteb sekitar satu jam dari Kota Yogyakarta.  Begitu tiba di Pabrik Kertas Blabak, mobil langsung belok kanan. Tidak usah taut tersesat, ikuti saja jalan satu arah. Muara terakhirnya, ya ke Keteb. Tapi makin ke atas,  kondisi jalan makin menukik takam. Yah lumayan dibikin menghela nafas berkali-kali deh. Tapi jangan khawatir, pemandangan kanan kiri  menuju Keteb sudah cantik. 


Kalau naik mobil, saya sarankan buka jendela lebar-lebar. Offkan pendingin mobil. Rasakan  baunya tanah, padi yang tumbuh di kanan kiri. Segarrrrrrrr benar. Saya sampai menyedot dalam-dalam bau di luar sana. Pipi ini dingin seperti es. Rambut berterbangan. (Tidak disarankan nyalon dulu ya ;) rugi berat).


Sekitar setengah jam dari Blabak, sampailah di Keteb. Begitu masuk pedagang strawberry dan buah (ya...lupa namanya) juga beragam sayur mayur yang harganya miring banget sudah memenuhi badan jalan menuju Keteb. Lebih baik belanja setelah menikmati keindangan panorama gunung itu ya? Mengapa begitu? Karena saat berkunjung itulah, saya menyaksikan  awan-awan berarak mulai menutupi gunung pukul  09.00. Jadi kita hanya punya waktu 3 jam untuk menikmati gunung yang demikian jelasnya. Tapi 3 jam  dengan pemandangan seperti ini sungguh singkat lho. Saya sih merasa tidak cukup. Apalagi saya menyempatkan diri untuk duduk diam, berhenti berpikir :). Oh ya pemandangan awan-awan yang berarak menutupi gunungnya itu sendiri juga hiburan tersendiri untuk saya. Rasakan sendiri deh.


Sayang di sayang, transportasi publik menuju sana kurang terorganisir dengan baik. Saya pernah kesana. Waktu itu saya mengingap ke rumah teman di daerah Blabak. Mestinya selama-lamanya perjalanan by bus colt menuju Keteb sejam perjalanan. Ehhhhh, kami kesana sampai hampir 3 jam. Apa yang terjadi? Okai. Pertama menunggu penumpang penuh yang bahkan bikin kita ketiduran sampai bangun lagi, tetapi kita masih berada di titik yang sama. Bwuuuahhhh...bikin muntap.mobil coltnya sendiri juga sudah renta, sehingga beberapa kali naik turun ketika tanjakan. Ini pula yang  bikin jantung serasa  protol (copot). Hadeeeehhh. Nah, maksud saya, mbok ya pemerintah turun tangan mengatasi  transportasi yang  buruk ini.  Kan nggak semua yang ke Keteb punya mobil dan motor? 
 
Bukan berarti saya anti naik transportasi  umum. Tetapi  gara-gara menunggu waktu yang tak jelas itulah, saya yang sudah berangkat  jam 8.00  waktu itu, jadi  tidak bisa menikmati lima gunung. Huh. Beteeeee abis...Karena perjalanan panjang menuju Keteb itu punya cerita, maka saya menjadikan foto-foto di Keteb ini salah satu koleksi terfavorit saya. Maklum penuh perjuangan. 


Semoga kalian lebih singkat menikmati lima gunung ketimbang saya yang sampai bolak-balik cuma mendapat suguhan kabut melulu. Seperti orang buta. Tak menyaksikan apa pun kecuali berwarna putih. 


Yogyakarta, 17 Januari 2012

Di sebuah sudut warnet, pukul 15.45.




Kalau sudah begini yang lain kos deh


narsis bentar  boleh ya?

8 komentar:

  1. wah keren banget klu..

    BalasHapus
  2. Tambah romantis ae ...
    Kapan ke Ubud Rit?

    BalasHapus
    Balasan
    1. hihihihi. masak sih, Phil? nanti kalo ke Bali aku mampir ya?

      Hapus
  3. Ya gitu dehhh..
    kalo bicara "infrastruktur" pariwisata ngendonesya iki mung marai muntab owk mbakk...

    Tapi sebagai obat wis mending nikmati obyek wae ndisiklahh, lumayan sedikit terobati....

    Eh kapan nang Gua Pandul Gunung Kidul ik..? :P

    BalasHapus