Kawan, kali ini saya ingin berkisah tentang persahabatan. Suatu pagi, Sophie Ray Love, sahabat saya di India ngobrol via BBM. Dia melontarkan gagasan yang cukup unik. "Yuk, kita buat bikin puisi bergantian," kata dia. "Apa nggak ngalor ngidul?," tanya saya. "Lagipula saya tak cakap berpuisi," kata saya lagi. Saya jujur mengatakan ini. Puisi saya garing. Saya tak pandai beramsal. Sementara, saya tahu, dia jago berpuisi. Jelas saya ngeper berat.
Waktu saya menjawab BBM itu, segera dia memasang gambar gundul berkepala merah di BBM itu. Artinya dia marah, meski saya tahu marah tak serius. "Membuat puisi itu bukan soal bagus atau tidak, tetapi soal bagaimana hati dan jiwa."
Ray, teman satu kos saya di Surabaya. Pershabatan kami sudah 18 tahun pada bulan September nanti. Bahasa Inggrisnya jago, bacaan bukunya banyak. Wawasannya luas, jadi tak pernah bosan kami berbuih berbagi cerita. Nah ini dia, kalau bikin puisi dia jago. Ada satu kawan lain yang jago berpuisi. Namanya Zara. Zara kian pintar berpuisi kalau dia jatuh cinta dan patah hati hehehe. (kayaknya semua orang yang tak cakap berpuisi pun bakal keluar aura berpuisinya kalau kena dua hal ini ya?) Jadi mestinya dua sahabat inilah yang berkolaborasi , ketimbang dengan saya.
Tapi karena Ray terus memaksa, maulah saya. Setelah bilang tanda setuju, Ray memaksa kedua kalinya. Saya yang harus bikin bait pertama. Sialan kamu Ray. Udah maksa, aku pula yang harus memulai. Tapi ya itu tadi, kok ya saya mau memenuhi permintaan dia, ya?
Pas saya sudah bikin, kita nggak mulai-mulai. Gara-garanya, begitu saya bikin satu bait. Saya bilang, "Nah tuh lanjut kamu." Rupaya Ray berkeinginan isi BBM tu murni isi puisi kita, minus dialog. "Say...nggak usah ada embel-embelnya...pokoknya harus bersih dari kata-kata lain selain puisi." Jadi salah intruksi mewarnai puisi kolabrasi ini. Tapi oke-lah puisi ini, pun jadilah, meski hasilnya ngalor ngidul.
(cerita ini belum berakhir-red)
Inilah puisi yang kami buat bergantian
Ini kisah tentang persahabatan
Antara ombak dan rembulan..
Antara air mata dan senyuman
Antara mengisi dan berbagi..
Dan waktu yang seperti membeku,
Laksana hutan yang meranggas
Membuatku bertanya dalam diam....
Menunggu jawab tapi kita tak pernah memulainya
Terkadang kesenyapan melumpuhkan
Aku kembali bertanya kemanakah muara persahabatan ini, sahabatku?
Di bebatuan dimana kuukir nama kita dengan tangan telanjang....
Aku menangis sesenggukan
Menyerumu agar kembali,rengkuh aku..
Aku berlari, mengadu pada langit
Berharap satu bintang tak lupa bersinar
Berharap rembulan tak lupa menyinari hati yang tengah gering
Agar dapat kutanami lagi,sudut hampa di taman itu..
Taman yang mampu menyirami kebekuan hati kita
Setelah sekian lama,sendiri tak lagi sepi
Batin tak lagi gaduh dengan kecemasan dan kekecewaan
Dengan gulana dan nestapa
Aku membiarkan waktu berpihak pada kita, pada persahabatan kita
Dan kau.Dan Aku. Menjadi juara.
Puisi oleh Sophi Ray Love dan Bernada Rurit
waduh.. keyennn... ini tinggal dilagukan saja ya.. mainkan not nya.. hehehhehe
BalasHapushihihiihihi...masak sih?
Hapusmba, iki apik iki puisine! :D
BalasHapusmosok? wee koncoku sing apik. hihihihi
HapusEhem ehem...
BalasHapuspuitis niyee.... #nutupmuka :))
gotrekQ uhuk uhuk...
Hapusnyambung gtu lhoo puisinya :).
BalasHapusmosok? ini upichan ya
Hapustop dah,, tinggal dicarikan nadanya dan kunci gitare... jreng..
BalasHapusadi@ hahaha...tenane. lha tinggal nyanyi wae
Hapus