Senin, 30 Januari 2012

Tukang Sayur

Gerobak sederhana Agus. Jualannya ludes di sore hari
Perjalanan saya kali ini ke rumah kakak di Tangerang. Bertahun-tahun sering mengunjungi kakak saya, sore yang basah ini baru tahu ada tukang sayur yang istimewa. Kok bisa? Ada banyak alasan setelah saya mengobrol  bersama si tukang sayur, tentu  dengan tambahan informasi dari kakak saya.


Awal cerita ini bermula ketika kakak  mengajak memasak di sore hari. Kening saya mengerenyit. Beli bahannya kemana? Dia keluar rumah dan mengobrol dengan tukang sayur. Hah, tukang sayur  di sore hari? Yang umum, biasanya kan  ibu rumah tangga memulai aktifitas  memasak di pagi hari.


Nama sebenarnya dari si tukang sayur adalah Rusmani (37). Lucunya para pelanggan menyapanya Agus. Nggak nyambung banget, kan?  Ihwal sejarah nama itu, saat saya menanyakannya, dia menjawab malu-malu sembari tertawa lebar. "Katanya biar gampang manggil Gus...Gus...Agus." Begitu saja. Simple bukan? Ha...ha..ha saya ngakak mendengar penjelasan sederhananya. Baiklah, saya ikut-ikutan deh memanggilnya Agus. Agus  tinggal di Kandang Besar,  masuk Kelurahan Cikokol di sebuah rumah kontrakan bersama istri dan satu anak. Saban pagi buta, pukul 04.00 ketika  kebanyakan orang masih terlelap dalam tidur, dia sudah kulakan  ke Pasar Cikokol dengan modal Rp 400.000. Pada pukul 06.00 sayur mayur  hasil kulakan telah berpindahtangan ke para pelanggan. Hingga  pukul 17.00 sore sayur mayur ini dia iderkan dengan gerobak ontel mulai  dari perkantoron, komplek perumahan, hingga pasar kaget.


Ini dia salah satu alasan saya menyebut Agus bukan sekedar tukang sayur biasa. Dia mencari celah, mendapatkan pelanggan tak hanya dari ibu rumah tangga semata. Dia juga menyasar pekerja kantoran yang menyiapkan makan malam untuk keluarganya. Bisa pula ingin menyiapkan memasak pada keesokan harinya.  Nah pekerja kantoran ini biasanya pulang sore hari. Pada jam bubaran kantor inilah, Agus nongkrong dan menawarkan belanjaannya.  Hemmm...boleh juga ide si Agus.


Tak cuma soal strategi menjual, Agus juga mampu membuat para pelanggan menaruh kepercayaan yang tinggi. Dari cerita kakak saya dan menurut pengakuan Agus, nyaris tak ada pelanggan yang menawar barang dagangannya. Semua barang yang akan dibeli, diitung lalu dibayar. Semudah itu.  Ini lantaran harga sayur mayur yang ditawarkan pria asal Pekalongan ini sudah sangat murah.  Hebat juga ya, antara penjual dan pembeli sama-sama menaruh kepercayaan, di jaman modern ini.


Teknologi juga dimanfaatkan Agus sedemikian rupa. Untuk menjaring pelanggan, dia rajin melakukan kontak dengan para pelanggan.  Berapa nomer telepon pelanggan yang  dia simpan? Dari pengakuannya, ada 170 nomer telepon pelanggan yang masuk dalam kontak telepon selulernya. Woww...hebat. Kakak saya salah satu pelanggan yang diberi informasi Agus. "Ada ikan segar, Bu. Mau nggak?." Walah..enak bener yak. Jika pelanggan oke, maka pesanan itu dibungkus dengan rapi. Dengan cuma mengambil untung hanya Rp 2000, Agus mengaku sudah puas melayani pelanggan.


jamur goreng rekomendasi Agus. Maknyus.

Tak cuma itu saja, dia akan menawarkan sayur yang belum laku dan menginformasikan kepada pelanggan cara memasak sayur yang di maksud. "Jamur ini digoreng pake tepung enak, Bu," katanya. Kakak saya yang belum pernah memasak jamur digoreng menginformasikan ini kepada saya. Saya menganggukkan kepala. "Memang enak," kata saya. "Wah aku baru tahu kalau jamur bisa digoreng," kata kakak.. Setelah  menggoreng jamur,  kakak saya yang mencicipi jamur mengaku serasa menyantap  ayam goreng. "Wah gara-gara Agus, aku jadi tahu jamur bisa digoreng," ujarnya.


Oh ya, karena jualan Agus sampai sore, maka pengemasan  merupakan salah satu kunci agar sayur tetap segar. Nah, sayur mayur itu dikemas rapi layaknya  kita belanja di supermarket. Buktinya, sayuran pokcai yang dibeli kakak saya sore ini tetap segar tuh. Wah...saya sampai geleng-geleng kepala. Hebat benar ya dia. Kalau sudah one stop service begini, jika saya punya tukang sayur seperti Agus, jelas tak perlu repot-repot ke supermarket. Belajar dari Agus, seorang tukang sayur yang begitu menghayati pekerjaannya, seperti ada energi baru dalam diri saya. Beberapa waktu belakangan, produktivitas saya menurun drastis. Sungguh petang yang indah, belajar dari Agus, si tukang  sayur.


Bumi Mas Raya, Tangerang, 29 Januari 2011

Pukul  19.02

4 komentar:

  1. manteb... marketing yang handal.. salam utk agus ya

    BalasHapus
  2. Nah khan bisa nulis di sore hari bakda Maghrib khann..?
    Coba kalo ku jadi main ke BMR sono, yang ada paling nggambleh n nggedebus n so pasti gak nulis blog...
    hahaha...
    alesann..... :P

    BalasHapus
  3. hooh hahahhaha. nulis di BMR enak. komputernya cepet

    BalasHapus