Rabu, 11 Januari 2012

Para "Pencari" Keheningan (bagian 1)

Akhir tahun lalu, 24 Desember – 1 Januari 2012 saya mengikuti Meditasi Mengenal Diri bimbingan Pak Hudoyo Hupudio di Vihara Mendut. Ada sekitar 40-an peserta yang mengikuti meditasi ini. Terjauh dari Nusa Tenggara Timur, terdekat ya dari Magelang, lokasi berlangsungnya meditasi.

gedung serbaguna tempat diskusi dan meditasi bersama

Saya berangkat bersama empat sahabat, dua peserta baru meditasi, dua sudah kerap meditasi. Buat saya, ini meditasi yang ke-8 kalinya, sejak tahun 2010 bulan Februari tahun lalu. Dua kali tahun baru saya lewatkan di dalam kesunyian. Tanpa hiruk pikuk, wine, makanan mewah.


lotus dan kolam ikan, satu sudut di vihara mendut

Praktis selama 8 hari, kami hanya berteman akrab dengan kesendirian. Seperti orang yang tersesat dalam hutan. Tak boleh bicara, tanpa telepon seluler, hanya makan dua kali, tanpa menu daging pula. Setiap hari kami bel membangunkan kami pada pukul 03.00. Berat ya? Kalau dibayangkan iya. Kalau dilakoni…nggak juga ah.


Vihara Mendut, tempat meditasi yang tepat. Semua sudut di tempat ini nyaman untuk meditasi. Baik di dalam vihara, gedung pertemuan, ruang perpustakaan, kolam ikan dan bunga lotus, gazebo hingga pohon mangga dan rambutan. Para peserta tak akan kehilangan tempat untuk “menziarahi batinnya.”

di bawah pohon avatar, meditasi duduk


Sadar Setiap Saat


Ngapain sih kegiatan kami? Menyadari setiap reaksi batin. Kami melatih kesadaran diri dari saat ke saat. Bermeditasi, masuk ke dalam diri. Tak mempedulikan obyek luar. Benar-benar hanya melihat reaksi batin.

Ada empat cara bermeditasi. Berbaring (lebih sering kebablasan tidur hehe…), berdiri, duduk, dan berjalan. Empat cara inilah yang kami lakukan selama delapan hari.

walking meditation



Sebenarnya tak tepat menyebut judul itu Para Pencari Keheningan. Karena itulah kata “Pencari” saya beri tanda kutib. Ini karena meditasi yang kami jalankan pasif, tanpa obyek dan non konsentrasi. Kok begitu?



Kalau meditasi lain memfokuskan pada satu obyek tertentu misalnya nafas, satu cahaya, maka dalam meditasi MMD, semua obyek harus disadari. Ada meditasi serupa yakni Meditasi Tanpa Obyek yang dikembangkan oleh Romo Sudrijanta Johanes SJ, rohaniwan Katolik, sementara Pak Hud berlatar belakang Budha.


Meskipun mereka dari latar belakang agama Katolik dan Budha, mereka yang ingin mengikuti meditasi boleh dari agama manapun. Jangan heran,meskipun MMD dilakukan di Vihara Mendut, mereka yang mengikuti meditasi justru kebanyakan dari saudara Muslim dan Kristiani. Agama Budha yang menjadi penyelenggara selalu peserta paling sedikit. Dari pengalaman teman-teman, tidak ada yang kehilangan iman tuh, gara-gara mengikuti meditasi ini.


Seperti yang sudah dijelaskan kalau biasanya meditasi menggunakan satu obyek (karenanya disebut aktif) untuk membantu mencapai titik hening maka dalam MMD/MTO tidak memilih obyek.Pendek kata, obyek apapun yang tertangkap panca indera kita (mata, hidung, lidah, telinga, kulit/sensasi tubuh) dan ingatan-ingatan yang muncul.


Dalam MMD atau MTO, kita tidak boleh fokus terlalu lama pada satu obyek karena obyek-obyek itu tidak penting. Semua punya kedudukan yang sama, tidak boleh menolak juga melekati. Pendek kata, yang terpenting dari meditasi ini adalah reaksi batin itu sendiri, saat ini,kini, dan sekarang. Bukan masa lalu atau masa depan. Untuk mengenal MMD klik saja di sini untuk MMD dan di sini untuk MTO.

4 komentar:

  1. tulisannya bagus klu, btw sempet bingung piye posisi sik si bawah pohon avatar, kok tangan-e iso neng nduwur.. ternyata *lagi ngeh*

    BalasHapus
  2. bagiwan bawahnya, tulisannya sepupu...hihihiihi. berarti cepupu juga bisa nulis hehehe. Iku aku beruntung entuk foto itu. aku lupa siapa. tapi dia kayaknya wis kecapekan. jadi berolahraga. hahahha.

    BalasHapus
  3. AKu dah nyimak sesuai link yang dikasih...
    Bisa ngebayangin gambarane..
    Nuwun mBakyu....

    BalasHapus
  4. ayok kapan mencoba...Yang jelas setelah kamu pindah jogja ya heheheheh

    BalasHapus