Rabu, 06 Februari 2013

Pindahan

Dan hari itu datanglah. Boyongan ke Jekardah, kata plesetan orang bule memplesetkan Jakarta, kota Metropolitan Indonesia. Dari kota yang nyaman, menyenangkan, nggak macet (kecuali kawasan Malioboro-lah yauw, apalagi hari libur) yakni  Yogyakarta,  saya justru "nekat" ke Jakarta. Beberapa teman sempat menggelengkan-gelengkan kepala. Nggak habis pikir dengan keputusan saya yang mendadak ini. "Udah enak-enak di Jogja kok, malah cari masalah. Nggak takut klelep, nggak sebel macet." Itu kata mereka.

Tentu saya tak mengelak. Masalah Jakarta, bukan cuma macet dan banjirnya. Harga-harga makanan yang jelas nggak masuk akal menurut ukuran kantong Jogja menjadi masalah buat saya. Sepekan lalu, saya  masih terkaget-kaget ketika seorang teman mengajak saya minum, catat; hanya minum saja,  segelas teh panas, kopi dan minum soft drink, teman saya merogeh kocek Rp 146.000. Bikin semaput. Duh, untung bukan saya yang bayar hehehe.


Di luar dua hal tadi, masalah krusial  tinggal di Jakarta adalah memelihara batin kita. Bisakah batin ini tak terpengaruh ketika masalah besar menghadang? Mampukah  memelihara kesabaran ketika menghadapi situasi tak menyenangkan? Saya sendiri belum tahu. Berapa lama saya bertahan? Seberapa kuat saya menghadapi masalah besar yang menghadang di depan mata? Toh, akhirnya saya pindahan ke Jakarta.



Jakarta, 5 Februari 2013.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar