Selasa, 26 Juni 2012

Berikan, Lepaskan

foto: bayu

Salah satu yang menghalangi seseorang menjadi manusia bebas adalah mengingat-ingat apa yang sudah dia berikan kepada keluarganya, temannya, sahabatnya atau siapa saja yang telah berinteraksi dengan dirinya. Pemberian itu entah berupa  jasa, pemberian materi, atau sekedar perhatian.

 Begitu dia mengalami kesulitan, entah itu sakit, dipecat, terpuruk masalah ekonomi, sementara tak ada seorang pun peduli, maka dia mengungkit-ngungkit apa yang sudah pernah dia lakukan. "Aku dulu menolong dia, kok sekarang tak ada yang datang. Aku dulu sudah menemani dia sakit, kok pas aku sakit ndak ada yang nengok," begitu kira-kira seseorang mengeluh. Sangat wajar dan alamiah kelihatannya.

Padahal jika dia menganut prinsip ini, berikan, dan lepaskan atau berikan dan lupakan, maka seseorang tak akan membawa beban apapun. Dia tak akan membawa kemelakatan ingin diperhatikan, ingin dipahami, ingin ditolong. Bahwa seseorang yang lain "tak punya hati" terhadap kesusahan orang lain itu masalah lain. Bukan masalah kita, kan?

Seseorang yang telah memiliki batin bebas, tak akan lagi merepotkan apa yang dilakukan orang lain. Sumber penderitaan itu berasal dari pikiran dan aku. Jadi mengapa orang lain berpengaruh untuk "aku"?

Yogyakarta,  26 Juni 2012

Pukul 6.43

2 komentar: