Jumat, 11 Mei 2012

Shukoi

Dunia terhenyak. Pada Kamis, 9 Mei, pesawat komersial Shukoi superjet 100 yang mengangkut 42 penumpang dan 8 awak jatuh di Gunung Salak.Melalui proses pencarian anggota TNI, publik mendapat gambaran melalui televisi dan hasil foto,  bagaimana pesawat hancur berkeping-keping di pinggir tebing Gunung Salak. Rontok. Lebur bersama alam di sekkitarnya.  Dugaan sementara pesawat meledak dan hancur berkeping-keping sebelum akhirnya benar-benar terjun ke  jurang yang dalam. Dunia penerbangan menamakan peristiwa ini sebagai total crash.

Mestinya semua kru dan penumpang  menikmati  Joy flight pada uji coba pesawat bikinan Rusia ini. Tapi takdir berkata lain. Joy flight itu akhirnya benar-benar membuat buat para penumpang enjoy selama-lamanya bersama semesta yang diam. Dalam pesawat itu, ada satu orang yang mesti saya tak mengenalnya, tetapi  cukup tahu kisahnya. Meski hanya sedikit. Mungkin karena itu, saya benar-benar berempati dengan peristiwa ini.

Tak mudah menerima orang yang kita kenal apalagi dia bagian terdekat dalam hidup kita ada dalam peristiwa yang naas. Ketika sebuah kematian tak terduga dan berlangsung cepat, dan kejadiannya  tak biasa. Sempat sekelebatan pikiran muncul, membayangkan saya ada di dalam pesawat itu. Ketika maut menjemput hanya dalam sekian detik, sebelum sebuah ledakan terjadi dan membawa kita "terbang" entah kemana, apa yang bisa kita lakukan?

Menjerit, diam, atau berdoa? Tapi saya tak mau terseret dalam bayangan itu. Kematian adalah kematian. Bagaimanapun caranya dan kapan pun waktunya tiba. Tidak perlu di analisis dan di nilai. Tidak ada seorangpun yang tahu. Yang saya tahu belakangan ini adalah, ketika pikiran dan aku ini lenyap, kematian apapun dan bagaimanapun caranya tak lagi penting. Ketika pikiran dan aku lenyap, maka orang terbebas dari penderitaan.

Yogyakarta, 12 Mei 2012


Pukul 07.24 

  




Tidak ada komentar:

Posting Komentar