Rabu, 16 Mei 2012

Menikah Itu (Tidak ) Gampang?

Kadang-kadang saya bersyukur belum menikah. Soalnya, menikah itu  masalahnya buanyak booookkk. Hihihi. Kenapa saya bilang begitu? Karena saya kerap dicurhati mereka. Mulai dari masalah ekonomi, cinta memudar, ketidakcocokan karakter, sampai perselingkuhan.

Ternyata menikah itu (tidak) gampang. Sengaja saya lingkari kata tidak karena banyak juga yang menganggap menikah itu gampang. Ada seseorang yang mengatakan pada saya, kalau dia  memutuskan cepat-cepat menikah dan menyarankan adiknya juga demikian  agar terhindar dari kanker. Kata dia, orang yang kena kanker itu biasanya  orang yang single alias belum menikah. Datanya dari mana, tentu dia tidak tahu. Jadi saya anggap datanya ngawur hehhee. Saya justru banyak menemukan orang kanker pada orang yang menikah. 

Ada pula yang memutuskan segera menikah meski dua-duanya tidak bekerja. Alhasil semenjak menikah jadi "parasit" untuk keluarga besarnya. Sementara orang yang menjalani hidupnya begitu, merasa baik-baik saja. Gampang, kan menikah itu? Hehehehe.

Suatu hari ada teman datang berurai air mata.  Dia sudah diceraikan oleh sang suami. Drama queen pun terjadi. Dia ceritakan masalah sesungguhnya kenapa dia dicerai. Tentu,saya  bengong. Karena menit sebelumnya, dia masih tertawa-tawa. Mungkin dia sudah tidak kuat menangung beban. Jadilah dia menangis sembari menceritakan kisahnya. Saya prihatin. Saya tahu dia depresi.  Pada dia, saya cuma bisa mengatakan. "Saya tidak bisa memberikan nasihat karena saya belum menikah. Tapi kamu boleh di sini selama yang kamu  mau, sampai tenang. Saran saya, diamlah dan jangan bicara."

Selama beberapa jam dia di kamar saya. Mendengarkan musik keras-keras. Saya membiarkan sampai dia tenang. Banyak orang yang butuh pelepasan. Karena dengan begitu dia merasa tidak sendirian. Padahal, jika seseorang menyadari bahwa ketika dia mati pun dia bakal sendirian. Seharusnya dia bisa mengatasi persoalan hidupnya sendiri. Caranya ya  diam saja. Menyadari gerak batin. Lama-lama juga lenyap kok semua persoalan. Saya sudah membuktikannya.


Ada lagi, beberapa teman yang bercerita pada saya. Pada pernikahannya, dia merasa hambar. Yang lainnya, karena masalah yang amat krusial. Akhirnya mereka jatuh cinta sama seseorang. Berselingkuh. Saya dengarkan. Kisah cinta "terlarangnya" persis kayak anak SMA jatuh cinta. Sekali dua kali, sampai berkali-kali saya masih sanggup mendengarkan. Tapi tentu saya bukan kotak sampah. Hihihi. Jadi saya nyaris tak menjawab atau tak meladeni kalau  mereka bercerita tentang pria atau wanita selingkuhan mereka. Nikmatilah sendiri keruwetan itu dan jangan libatkan saya, teman hehehe. Saya tidak mau terseret lebih dalam.
 

Sempat, sih saya kepikiran. Melihat pernikahan orang-orang di sekitar saya lengkap dengan permasalahannya, sebenarnya ingin menunjukkan pada saya. "Menikah itu bisa gampang, bisa sulit." Akhirnya, saya berkesimpulan menikah atau tidak semua sama-sama baik. Ada orang menikah bahagia ada juga yang tidak. Ada orang yang tidak menikah dia  bahagia, ada juga yang tidak. Sama, kan? Jadi sebelum mengatakan, "Hai, kasian ya dia tidak menikah." Periksa kehidupan pribadi kita masing-masing. Jangan-jangan kalian yang menikah juga perlu dikasihani karena banyak masalah tetapi tak mampu menyelesaikan.


Yogyakarta, 16 Mei 2012 





2 komentar: