Saya punya teman. Adi namanya. Dia seorang vegetarian dan tak kenal lelah mengajak orang punya gaya hidup vegetarian. Saya sungguh salut dibuatnya. Saat kami berchating di jejaring sosial, dia memberi masukan di blog ini. Kapan tema vegetarian dibuat?
Duh. Saya bukan tidak suka hidup dengan menyantap sayur saja. Sungguh. Kalau saya ikut retret meditasi 10 hari, kami semua hanya menyantap makan dua kali (terakhir pukul 11.30) dan menu lauk pauknya cuma dari tempe ke tahu. Sayur kacang, pecel, sawi, kecambah dll. Tidak ada hari tanpa santapan daging. Saya baik-baik saja tuh. Senang malahan. Tidak juga rindu daging atau ayam, bebek, bahkan udang sekalipun.
Bahkan hal yang mengikat saya untuk rutin datang retret meditasi tiga bulanan tak lain tak bukan ya karena merinduan menu yang tiada menu perdagingan itu. Setiap kali selesai retret, maka setiap kali pula niat saya untuk menghentikan menyantap perdagingan. Saya merasakan sendiri betapa bebas dari daging itu membuat punggung saya yang kerap pegal lebih ringan, wajah saya lebih terlihat bersinar, dan badan terasa lebih enteng.
Tapi yah begitulah, ketika masuk "pasar bebas" yang menyajikan begitu banyak pilihan, kok ya sulit mempraktekkan ya? Sebagai contoh, ketika bertandang ke rumah teman atau ke acara liputan, apa yang tersaji didepan mata biasanya menu-menu perdagingan. Mau menolak kok ya hati merasa tak enak. Eh tapi kayaknya lebih seringnya kebablasan ding hihihi. Lupa dan terlewat begitu saja.
Saya pernah memasak sendiri setiap hari dengan menu tanpa daging. Tapi ya itu tadi ketika ada keadaan dimana saya tidak bisa memasak, maka jajan jadi solusinya. Nah, repotnya kebanyakan warung kok ya selalu menyuguhkan menu perdagingan itu. (ahhh..saya pasti membela diri dan cari alasan hihihi). Tapi okelah...saya mungkin memang belum bisa full menjadi vegetarian. Ya sudah disadari saja. Suatu saat saya pasti bisa permanen.
Kembali ke teman saya Adi tadi, dalam perbincangannya itu, dia menyampaikan pikiran-pikirannya kenapa dia menjadi seorang vegetarian. Begini katanya. "Pada akhirnya aku sampai pada permenungan, bahwa aku harus meletakkan semua yg kupikirkan terlepas dari agama, faham, ideologi, dsb. dan aku sampai pada tahap bahwa aku tdak bisa menyantap soto, bakso, sate, seafood. Dalam daging, ikan, dan olahannya itu karena aku memang tidak bisa menyantapnya, juga tidak menemukan apa yang enak dari itu. Bagiku itu setumpuk bangkai yang dibumbui sedemikian rupa."
Begitu dia menyebut bangkai, kok saya jadi mulek-mulek ya. Dia melanjutkan. "Ketika
Duh. Saya bukan tidak suka hidup dengan menyantap sayur saja. Sungguh. Kalau saya ikut retret meditasi 10 hari, kami semua hanya menyantap makan dua kali (terakhir pukul 11.30) dan menu lauk pauknya cuma dari tempe ke tahu. Sayur kacang, pecel, sawi, kecambah dll. Tidak ada hari tanpa santapan daging. Saya baik-baik saja tuh. Senang malahan. Tidak juga rindu daging atau ayam, bebek, bahkan udang sekalipun.
Bahkan hal yang mengikat saya untuk rutin datang retret meditasi tiga bulanan tak lain tak bukan ya karena merinduan menu yang tiada menu perdagingan itu. Setiap kali selesai retret, maka setiap kali pula niat saya untuk menghentikan menyantap perdagingan. Saya merasakan sendiri betapa bebas dari daging itu membuat punggung saya yang kerap pegal lebih ringan, wajah saya lebih terlihat bersinar, dan badan terasa lebih enteng.
Tapi yah begitulah, ketika masuk "pasar bebas" yang menyajikan begitu banyak pilihan, kok ya sulit mempraktekkan ya? Sebagai contoh, ketika bertandang ke rumah teman atau ke acara liputan, apa yang tersaji didepan mata biasanya menu-menu perdagingan. Mau menolak kok ya hati merasa tak enak. Eh tapi kayaknya lebih seringnya kebablasan ding hihihi. Lupa dan terlewat begitu saja.
Saya pernah memasak sendiri setiap hari dengan menu tanpa daging. Tapi ya itu tadi ketika ada keadaan dimana saya tidak bisa memasak, maka jajan jadi solusinya. Nah, repotnya kebanyakan warung kok ya selalu menyuguhkan menu perdagingan itu. (ahhh..saya pasti membela diri dan cari alasan hihihi). Tapi okelah...saya mungkin memang belum bisa full menjadi vegetarian. Ya sudah disadari saja. Suatu saat saya pasti bisa permanen.
Kembali ke teman saya Adi tadi, dalam perbincangannya itu, dia menyampaikan pikiran-pikirannya kenapa dia menjadi seorang vegetarian. Begini katanya. "Pada akhirnya aku sampai pada permenungan, bahwa aku harus meletakkan semua yg kupikirkan terlepas dari agama, faham, ideologi, dsb. dan aku sampai pada tahap bahwa aku tdak bisa menyantap soto, bakso, sate, seafood. Dalam daging, ikan, dan olahannya itu karena aku memang tidak bisa menyantapnya, juga tidak menemukan apa yang enak dari itu. Bagiku itu setumpuk bangkai yang dibumbui sedemikian rupa."
Begitu dia menyebut bangkai, kok saya jadi mulek-mulek ya. Dia melanjutkan. "Ketika
menyantap daging pikiranku
mengembara ke hewan-hewan itu. Aku menyayangi makluk Tuhan yang bernama "hewan" dan karena itu, aku tidak bisa memakan apa yang aku sayangi. Aku
dulu sering memandangi sajian daging di piring, lalu meng"korelasikan
dengan hewan tsb saat hidup.
kalau tidak mengkonsumsi daging merah sudah kulakukan.. tp masih menyantap bangkai ikan.. hiks
BalasHapusaduh...aku kok jadi mulek2 lagi ya begitu mendengar bangkai ikan. tapi memang bener kan? hiiiiii.
Hapusmaaf yach klo sy tdk bisa setuju dg pernyataan tulisan ini...boleh khan...
BalasHapusHidup itu harus seimbang, krn klo tidak, pasti akn tjadi krusakan. Seimbang bukan berarti mhilangkan salah satu dr unsur khidupan namun hiduplah sesuai dg ukurannya.
Jk anda mmutuskan untuk vegetarian, silahkan, tp tlg jangan buat pnyataan2 yg mnyesatkan bagi orang lain.
Tidak ada yang mutlak benar dan tentu tidak ada jg yg mutlak salah. Itulah kehidupan, smua bjalan dg harmonis, klo ada salah satu sj yg hilang, apakah hidup namanya?
Bukan sy seorang yg anti vegetarian, tetapi sy menolak pmikiran2 yg dangkal. Konsumsilah segala sesuatu secara seimbang dg takaran yg terukur dan sesuai.
Anda, saya dan makhluk lain dciptakan dr sumber yg sama, jd janganlah mendiskreditkan salah satunya.
coba telaah lagi lebih dalam apa itu artinya bangkai dan apa artinya daging? Apa bedanya daging dengan bangkai?
Sy mohon jangan sampai keputusan dan kepintaran anda mjd penyesatan bagi orang lain.
Dmikian dr saya. Mohon maaf jk ada pnyataan sy yg kurang bkenan. Trima kasih
Hai anonim, terimakasih untuk komentarnya yang panjang lebar.Kalau Anda merasa tulisan ini menyesatkan, jangan terpengaruh. Biarkan saja. Setiap orang berhak menyampaikan apa yang ada di pikirannya kan?jangankan bapak saya saja juga mulek-mulek kok begitu teman ini menyebut bangkai. Tapi ndak papa kok saya. karena menurut saya menjadi seorang vegetARIAN ITU BAIK. Tapi bagi yang enggan ya monggo saja.
Hapussalam
tjapoenk
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Hapusyes...yes...selamat menjalani pola hidup sehat dan seimbang...stay balance within your body and soul =)
BalasHapusWah alasanmu kurang tuh mau jd vegetarian karena itu bangkai?
BalasHapusBadan kita perlu protein. Itu sudah circle if life kok. Jaman nenek moyang aja mereka sudah makan daging. Kalau masalah mengandung boraks dll itu kan daging olahan. Kalo beli dan diolah sendiri ya itu bukna bangkai lah.
Sayuroun mkahluk ciptaan Tuhan yg hidup loh dan bahkan konon punya ruh, sudah dibukikan tanaman yg diajak berbincang tumbuh lebih subur, kok kamu juga tega makan hayoooo menjadi vegetarian itu pilihan masing2, tp ya janganlah membahasakan kami pemakan dagings makan bagai makan bangkai berbumbu. Dan kalo km dan adi temenmy mmg vegetarian, ayo periksa isi lemari dan rumah. Berapa banyak tas, sepatu dll yg terbuat dr kulit hewan?
Ok deh sekian opini saya, sori nyambung semua, pake hp soalnya hehehehe
Nyanyian Mazmur Seekor Sapi (renungan hari rabu abu)
BalasHapusTuhanku gembalaku,
Manusia tukang jagalku.
Tuhan ...
Kau bimbing aku ke air yang tenang,
Kau tuntun aku di jalanMu yang lurus,
tetapi mereka menyeretku ke rumah jagal.
Kau baringkan aku di padang rumput yang hijau,
tetapi mereka membanting tubuhku ...
di atas ranjang kematianku,
di mana darah saudara-saudaraku
boleh lebih dulu berteriak kepadaMu,
“Eli ... Eli ... lama sabachtani?”
Tak ada yang sempat menyolatkan jenazah kami,
atau membacakan paritta buat jiwa-jiwa kami,
pun tak ada misa requiem buat kami.
Oh, Tuhan ...
sesekali kuingin bertanya padaMu,
mengapa Engkau jadi manusia?
Tuhanku ...
Bukan maksud hambaMu ini
hendak menghojat kemuliaanMu.
tetapi ...
Seandainya Engkau menjadi seekor sapi sepertiku,
niscaya Hominum Salvator yang disebut-sebut orang itu
tiada akan merasai paku-paku menembusi tangan kakiNya,
tiada pula tombak menikam jantungNya.
Sebaliknya ...
akan dirasaiNya taring logam berkarat
menyayat kulitNya,
mengoyakkan leherNya,
dan mengirimkanNya kembali kepadaMu.
Aku tak tahu – lagipula bukan urusanku
Bagaimana Dia akan bangkit pada hari ketiga,
manakala dagingnya telah dicincang,
dimasak menjadi semangkuk sup di meja makan,
menjadi santapan manusia-manusia rakus itu.
Aku pun tak tahu – lagipula bukan urusanku
Apakah sapi yang mati disembeleh bisa masuk sorga?
– itu pun kalau ada sorga tentunya
Tuhanku ...
Engkau Yang Maha Mengetahui.
Lihatlah ...
Mereka sedang berpuasa.
kulihat abu di kepala mereka,
dan mereka tiada makan dagingku
lantaran gereja melarang mereka.
Oh, manusia ...
Demi Bapa leluhurmu Ibrahim, Iskhaq, dan Yaqub,
kami sapi-sapi tak pernah ke gereja,
pun tiada pernah kami dibaptis,
tetapi belum pernah sekali-kali kami menyantap dagingmu!
Tuhanku ...
Engkau yang Rahmani lagi Rahimi.
Engkau mencintai mahluk-mahlukMu.
Tiada burung di udara Kau biarkan jatuh
Tiada anak manusia Kau biarkan celaka.
tetapi ...
Mengapa Kau biarkan
yang terburuk ini menimpa kaumku?
Mungkinkah ini bagian dari hukumMu?
Mungkinkah karena dosa kami
di kehidupan lampau? – lagi-lagi kalau ada
Tuhanku ...
Tiada hendak hambaMu menghojat takdirMu Yang Suci.
Hanya satu pinta kami ...
Jangan Kau tanggungkan dosa ini pada mereka,
karena mereka tiada mengerti ...
apa yang mereka perbuat.
Sleman, 1 Sura 2003M
sabbe satta bavantu sukitatta
semoga semua mahluk berbahagia
hm, hehehe, memang banyak yg akan kontra dengan pemikiran vegetarian. nggak apa-apa. tiap orang memiliki pemikiran sendiri. kita nikmati saja pemikiran kita itu, sebisa kita. kita jalani pilihan kita, sekuatnya. vegetarian juga adalah pilihan, sama seperti kita ada yg suka sepedaan, ada yg tidak. ada yg suka merokok, ada yg tidak. ada yg suka miras, ada yg tidak. ada yg suka pete, ada yg tidak. ada yg suka pedes, ada yg tidak.
BalasHapus