Jumat, 23 Maret 2012

Bencana

Sudah beberapa hari ini cuaca di Yogyakarta ekstrim. Mendung beberapa menit, hujan besar, angin kencang, terang lagi. Berlanjut awan menggumpal, angin kencang, hujan deras. Begitu terus. Malahan beberapa hari lalu bumi bergoyang ketika saya bersiap berangkat kerja.


Saya kira kepala saya migrain, tapi kok ranjang bergoyang makin kencang ya. Mesti tahu ini gempa saya cuma tertegun dan membatin. "Oh..gempa." Tidak ada rasa panik, rasa takut. Sikap saya setenang air :) Berbeda sekali ketika bertahun-tahun lalu. Dada berdegup kencang, panik, langsung menghambur keluar ditambah mulut komat kamit berdoa. Perasaan yang sama saya rasakan ketika suatu malam saya mendengar benda-benda beterbangan. Saya kira ada orang bertengkar. Suara angin menderu-deru. Padahal malam itu saya mengenakan earphone karena mendengarkan musik.


Saya keluar kamar. Awan putih tebal berarak, pohon-pohon meliuk-liuk, benda-benda terbanting-banting memperdengarkan bunyi braakkk .... braakkk karena terkena angin. Tapi saya juga heran, perasaan saya juga tenang. Sempat kaget sebentar dengan alam semesta yang berubah "liar", saya kembali masuk kamar sembari berbisik. "Alam semesta, bersahabatlah dengan kami. Janganlah lama-lama mengirimkan angin kencangmu." Entah kenapa malam itu saya tidak bobok gasik. Biasanya jam 21.00 saya sudah molor. Kalau sudah bobok, ibaratnya rumah saya digorong sampai barang habis, bisa nggak kebangun. Hiks. Tapi saya juga heran pada jam-jam tertentu terbangun begitu saja. Lalu terlelap lagi.


 Hari itu, saya baru tahu kalau terjaga hingga tengah malam karena ada angin kencang yang akan datang. Angin kencang itu membuat tiang listrik di dekat tempat tinggal saya melengkung. Selama dua hari berturut-turut listrik di kos mati seharian. Lumayan dahsyat. Toh, semua juga akhirnya berlalu. Angin kencang, gempa, atau bencana lainnya.


Memang sih, untuk menangkap tanda-tanda alam memerlukan latihan. Setiap pagi begitu bangun, saya menyapa alam semesta. Saya selalu menganggap mereka bagian dari diri saya. Lalu diam. Hening beberapa saat. Itu yang terjadi selama dua tahun ini. Ada perasaan tidak enak dengan kejadian yang saya amati belakangan ini. Tapi saya terus berharap dengan "persahabatan" saya dengan alam semesta ini, kalaupun ada bencana, masih terukur. Tapi kalau yang terjadi di luar pemahaman manusia ya sudah. Bencana adalah bencana. Alam semesta punya hukum sendiri.


Menyadari bahwa negara kepulauan kita ini berada dalam ring of fire, maka sudah selayaknyalah kita "sadar bencana" Apalagi saya tinggal di Jogjakarta yang pernah mengalami gempa hebat pada 2006 lalu. Karena itu, persiapan kecil sejak dini mesti kita siapkan. Bukan karena mengharap ada bencana. Tapi "sadar bencana."

Sejak bertahun lalu, terbersit ide sederhana, membuat "tas siap bencana". Tas ini sengaja saya siapkan, jika terjadi apa-apa dadakan, tinggal "menyaut" tas, dan siap evakuasi. Apa isi tas itu? Persediaan tiga hari ke depan. Mulai dari pembalut (penting banget untuk perempuan), peralatan mandi, baju tiga potong plus cd dan bh-nya. Juga senter dan lilin. Saya juga membawa crackers, makanan pengganjal perut. Tiap beberapa bulan sekali, saya ganti. Jangan lupa pula kotak medis seperti obat pusing, panas, tolak angin, dan kalau ada madu di botol kecil. Madu memiliki energi yang cukup besar untuk tubuh.


Tapi sudah beberapa tahun ini gara-gara keseringan pindah kos, saya alpha menyiapkan "tas siap bencana." Nah, mumpung malam ini ingat, di sela-sela menulis blog ini saya buru-buru packing deh. Kenapa saya repot-repot melakukannya? Bagi saya, meminimalisir merepotkan orang lain bagian dari tanggung jawab kita dalam hidup. Jadi, mau ikut menyiapkan "tas sadar bencana"?

Yogyakarta, 23 Maret 2012

 Pukul 7.42 PM

4 komentar:

  1. hmmmmm, ide yang baik, tuch.......dan tuk usulan aja........"taruh-lah tas tersebut di dekat pintu keluar utama" , hal ini agar 'benr-benar tidak terlupa/benar-benar ter-saut' bila bencana datang......karena bila tas di taruh di dapur/kamar, dan saat bencana terjadi kita sedang di suatu ruang yang berbeda/jauh.....pasti nya akan ter lupa.....dan memilih lari dahulu menyelamatkan diri......

    begitu ...loch......

    salam.

    BalasHapus
  2. tjapoenk.blogspot.com26 Maret 2012 pukul 22.25

    aih...ku tahu siapa yang kasih komen ini. makasih sayang. terimakasih masukannya ya. terus ikuti blog ku ya. biar selalu di hati :)

    BalasHapus
  3. cukup tah kuwi crackers.. hehehhehee

    BalasHapus
  4. namanya darurat dicukup2kan hehehehe...

    BalasHapus