Minggu, 04 Maret 2012
Belanja
Saya punya kakak. Sukanya belanja. Kalau belanja, dia baru berhenti jika tangannya sudah tak lagi bisa menenteng barang atau mall sudah tutup. Kebalikan dari saya, jalan sejam aja sudah gempor. Malas. Kalau beli barang saya ndak lama mikirnya. Tapi oke-oke aja barang yang saya beli.
Awal-awal, saya masih bisa menemani selama empat jam. Tapi saya akhirnya menyerah. Dengan terus terang saya bilang kalau saya tidak bisa menemani. Awalnya kami sering bertengkar karena menurut dia saya suka memburu-buru waktu belanja dia. Hingga saya harus mengatakan rasa keberatan menemaninya berbelanja yang tak mengenal waktu. Kaki lecet-lecet, badan rasanya pegal banget.
Sebenarnya di sisi lain saya sebenarnya memahami kenapa dia berlama-lama belanja. Karena tinggal di Dili, maka barang kebutuhan rumah tangga di beli setiap setahun sekali. Sementara harga jauh lebih murah. Tapi saya mengamati cara dia berbelanja. Kalau memilih barang, lamaaaaa banget. Kalau memilih baju mungkin masih masuk akal kalau berlama-lama. Tapi milih shampo yang ukurannya sama, bisa mengobrak abrik rak. Dipegangi satu-satu, dipilih-pilih. Saya pernah mengitung di rak shampo saja dia membutuhkan waktu sampai 10 menit. Pantesan. Maksud saya mbok ya, jenis kayak gitu, mengambil waktu 5 detik saja sudah cukup.
Alhasil ketika pulang liburan, dia membawa bawaan lima koper segede bagong dan tujuh tentangan. Ya amplop. Porter yang membawa troli barang sampai tak kelihatan tubuhnya. Hihihi. Tapi mau bagaimana lagi, dia suka melakukannya. Saya cuma membatin, waktu liburannya cuma sibuk dengan belanjaan. Liburannya sendiri dengan anak-anak jadi kerap terabaikan. Belanja oh belanja.
Yogyakarta, 4 Maret 2012
Pukul 15.41
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
hihi langsung kebayang mb det..
BalasHapus