Kamis, 16 Februari 2012

Bohong

si artis berhidung pinokio
Sekitar tahun 2003, media tempat saya bekerja dituntut pengusaha TW karena menurunkan tulisan ada Tommy di Tenabang? Dia bilang semua yang ditulis tidak benar. Dengan percaya diri, si pengusaha mengaku  merasa tidak pernah diwawancarai wartawan yang bersangkutan.


Si wartawan menyaksikan pernyataan sang pengusaha besar di sebuah televisi swasta. "Wawancara itu bohong. Saya tidak pernah diwawancarai wartawan itu." "Saya akan melaporkan wartawan itu karena sudah bohong," begitu kata si pengusaha penuh percaya diri.


Saya jelas tahu si pengusaha bohong. Hehe....Karena saya yang mewawancarainya. Wawancara itu  dilakukan melalui telepon seluler karena  dia tengah berada di luar Pulau. Ada redaktur yang menyaksikan wawancara itu, saya merekamnya,dan nomer teleponnya benar milik yang bersangkutan. Terpenting  dari peristiwa itu ada klu klu yang jelas membuat saya  yakin karena dia mengenal saya lantaran   pernah bertemu di satu tempat.


Saya sengaja tak ingin menceritakan panjang lebar tentang peristiwa itu karena akan ada waktunya. Mari kita ke sosok  Angelina Sondakh  yang kemarin bersaksi di pengadilan.  Pembawaannya jauh dari kesan sehari-hari,  menor, bernas,  banyak omong, dan  cerdas.  Di sidang dengan terdakwa Nazaruddin itu, alamakjan, pembawaannya  tenang, suaranya melemah. Jawabannya juga sopan banget. "Tidak tahu Yang Mulia, Tidak, Yang Mulia, Tidak benar, Yang  Mulia. Begitu terus. Sampai jagad publik gemas menyaksikan kesaksiannya itu. 


Bagaimana mungkin seorang Angelina Sondakh, yang amat  update, modis, doyan banget belanja online,  anggota dewan baru punya Blackberry  akhir tahun 2010? Karena kebohongannya itu, Koran Tempo menggambarkan sosok  Angie seperti tokoh  pinokio, boneka kayu ciptaan Geppetto. Pinokio sebuah cerita fiksi yang berasal dari Italia, tapi sebagian besar rakyat Indonesia tahu kisah itu. Hidung Pinokio akan bertumbuh setiap kali dia bohong. Hihi cerdas juga ya. Beberapa tahun lalu, Tempo juga menggambarkan sosok Akbar Tanjung, politisi yang juga ketua umum Partai Golkar berhidung pinokio. Hemm...apakah bagi politisi, berbohong itu bagian dari iman ya? Kayak kamus wajib untuk bersih-bersih diri? 


Mungkin, bagi  Angie lebih baik berbohong daripada kehilangan jabatan, kekuasaan, atau kepopuleran. Mungkin pula dia tengah mengikuti skenario besar yang menjeratnya. Hanya dia dan Allah yang tahu :) Tapi sejarah punya catatan sendiri. Bukankah setiap orang mencatat sejarah bagi dirinya setiap hari. Orang lain mungkin bisa dibohongi. Tapi ada hal yang tak bisa dibohongi  oleh seseorang, yakni  dirinya sendiri. Seseorang yang membohongi dirinya, maka dia tengah mengkhianati nuraninya yang terdalam. Itu buat saya lho. Jadi, ketika akhirnya bersaksi di pengadilan, saya memilih jujur menyampaikan apa yang ada. Meski saya tahu bertolak belakang dengan keinginan sang pengusaha. "Saksi berbohong." :)


Yogyakarta, 16 Februari 2012

Pukul 18.53

2 komentar: