Minggu, 29 Januari 2012

Rumah (bagian I)

tampak dari  tengah

Siapa yang nggak pingin punya rumah? Tempat berteduh  tujuan awalnya. Tapi bagi mereka yang telah mapan pasti punya tujuan lain,  eksistensi diri. Semakin rumah seseorang bagus, maka dia dilihat sebagai orang "berlebih". Tak jarang orang tak lagi melihat estetikanya. Makin kelihatan magrong-magrong (baca-gede mewah banget), maka akan menunjukkan eksistensi dirinya sebagai manusia.


Padahal kalau dipikir, seberapa besar sih kebutuhan seseorang untuk berteduh. Saya teringat Tante Nelly, pemilik homestay di Jalan Buring Malang, kawasan Ijen, daerah terelit di kota apel itu. Luas rumah Tante Nelly 800 meter persegi. Tapi dia tak serakah membabi buta membangun seluruh areal pekarangannya  menjadi bangunan. kira-kira 50 persennya saja, dia bangun rumah. Sisanya, rumah sejuk nan asri itu ditanami pohon  mangga dan bunga-bunga.Seterik apapun kondisi di luar rumah, berada di homestay miliknya selalu bikin siapapun yang ada di tempatnya keriyip-keriyip, pingin bobok. Angin sepoi-sepoi. Para pekerja yang  bekerja dalam diam. Suara burung berkicau. Pemandangan taman yang indah.

Kalau ke sini  paling tidak satu tulisan saya hasilkan

Suatu pagi, saat saya bersamanya, matanya memandang sekeliling tetangga  kanan kirinya. Para tetangga ini membangun semua areal tanah miliknya dengan bangunan penuh, nyaris tak menyisakan  pekarangan. Dia bergumam. "Apa tidak sesak ya, semua dipenuhi bangunan?," gumamnya sembari menebarkan matanya ke rumah para tetangga. "Memangnya penghuni rumah itu ratusan orang?," dia melanjutkan. "Padahal bumi ini kan perlu bernafas."


Kawasan Ijen, menurut aturan pemerintah setempat masuk dalam kawasan cagar budaya. Pasalnya, bangunan di Ijen termasuk bangunan  berarsitektur kuno. Bentuk rumahnya  berkerucut. Di kanan kiri bangunan ada lahan  kosong, tempat sirkulasi udara, rumah khas bikinan jaman Belanda. Tante Nelly  pun patuh. "Tidak ada secuilpun  rumah ini yang dibongkar," katanya."Karena ini bangunan bersejarah."  Mata saya berkaca-kaca. Saya membatin,"Andai saja, ada 10 orang seperti beliau, berapa banyak bangunan bersejarah di Indonesia yang selamat."


Kalaupun ada tambahan, maka hanya bagian  belakangnya saja, itupun tetap menyisakan pekarangan yang amat luas. Tamu-tamu yang mengunjungi homestay miliknya, selalu kerasan. Umumnya para tamu yang masih singgah adalah tamu setia yang telah berpuluh tahun. Perempuan berusia 90 tahun ini juga keukeh tidak mau menggunakan pendingin ruangan. "Kalau mau ya begini,  apa adanya." Tanpa AC pun, di sini tidak sumuk, kok." Oh ya, tak sembarangan orang menginap di sini. Pemilik rumah harus mengenal siapa yang membawa ke Homestay miliknya.  Demi keamanan, salah satu alasannya. Jadi kalau ada yang mau kesana, lewat saya tentunya hehe.

Tante Nelly dan pengunjung yang selalu menyayanginya


Tante Nelly memang tidak memasang plang papan nama homestay  ataupun promosi melalui iklan. Setelah sang suami meninggal, praktis dia mengurus rumahnya sendirian. Karena pajak di kawasan ini sungguh  mahal, maka rumah asrinya ini sebagian kamarnya disewakan. Uang sewa inilah untuk membiayai  operasional rumah. Tante Nelly punya dua putra yang  tinggal di Belanda. Syukurlah, dia punya dua asisten rumah tangga yang begitu setia. Bayangkan, mereka sudah bekerja selama 35 tahun.  Sungguh takjub saya dibuatnya. 


Entah, bagaimana dia menjaga sang asisten  hingga selama itu. Kebaikan yang dia tebarkan pasti salah satunya. Belakangan sekitar  7 tahun terakhir, saudara dari asistennya, menjadi tukang kebun. Sang tukang kebun  begitu menghayati pekerjaannya. Kalau tidak, mana mungkin taman di sana  hijau, subur, tertata rapi.  Dalam diam para pekerja takzim dengan tugas yang diperintahkan.  Ah....andai saja setiap insan di dunia ini menyadari misinya masing-masing, sekecil apapun perannya, pastilah ada kemajuan di segala bidang.


minum  teh di pagi hari sembari mendengar kicauan burung

Ngomong-ngomong, kenapa saya tiba-tiba menulis blog ini dengan topik rumah? Nah, di bagian ke dua saya akan bercerita. Hari ini  saya ingin menulis sebanyak-banyaknya. Maklum karena kesibukan, sudah lebih dari sepekan saya tak menulis blog. Tak menulis blog itu juga rindu lho.Tentu dalam hidup,  perlu sedikit merindu, bukan?  Semoga ada yang merindui blog ini, meski  tak ada yang berkomentar. hehehhe...Cupz




Tangerang, 29 Januari 2012

Pukul 18.07


kamar dengan tarif Rp 200.000. Nyaman ya?












2 komentar: