Rabu, 12 Maret 2014

Ahok


Ahok atau Basuki Tjahja Purnama adalah sebuah perkecualian. Dia mewakili agama dan suku minoritas di Indonesia, tapi apa yang dilakukannya mewakili keinginan  mayoritas rakyat Indonesia, yakni  Indonesia bersih, bebas dari korupsi.

Bicaranya meledak-ledak, tanpa tedeng aling-aling. Baginya bekerja di pemerintahan sebuah pengabdian, untuk ibu pertiwi. Maka, orang yang bekerja di pemerintahan jangan pernah bermimpi kaya, kecuali nyolong duit negara. Berkali-kali dia menegaskan, seseorang yang tidak mau dituduh korupsi harus bisa membuktikan kekayaannya.

Malam itu, saya bersama teman Kompas TV, diundang makan malam ke kantornya. Pak Ahok rupanya doyan makan enak. Menu yang dihidangkan wooow meriah banget. Sop buntut, udang, ikan bakar, cap cay, ayam goreng,  nasi merah, dan buah segar.Kami sampai kekenyangan. Di sela-sela obrolan  itulah Ahok menceritakan banyak hal, yang bikin bulu kuduk saya berdiri. Betapa korupnya pejabat kita. Rasanya saya makin frustasi setelah mendengar ceritamya. Masih adakah titik cerah bagi negeri kita bebas dari korupsi?

Mengapa orang tak bisa mengatakan cukup pada dirinya sendiri? Sampai seberapa lama kekayaan bisa membius seseorang? Di tengah rasa gundah itu, sesaat sebelum pulang saya minta berfoto bersama. Sangat jarang bagi saya untuk meminta foto seorang pejabat. Yang dulu pernah saya lakukan minta foto bersama Wapres Budiono ketika tengah berkampanye. Setelah itu, Pak Boediono benar-benar menjadi Wakil Presdien.  Nah, sekarang saya ingin berfoto bersama dengan Pak Ahok. Mungkinkah kursi DKI 1 benar-benar ada di pundaknya?  Tapi kadang-kadang kejutan kerap menyertai dalam kegiatan jurnalistik saya. Pak Ahok menawari saya berfoto dengan menduduki kursi kerjanya. Pak Ahok mengambil posisi di belakang saya.  Wooow. Teman-teman berkomentar, foto saya mirip pre wedding. Setelah melihatnya, saya pikir-pikir kok benar juga ya? Hahahaha



Palmerah, 12 Maret 2014





Tidak ada komentar:

Posting Komentar