Selasa, 09 Juli 2013

Siang di Salihara Bersama Mas Goen


Senin, 8 Juli 2013 saya menemui Mas Goen di Salihara. Pertemuan yang membekas di hati saya. Kami bicara beberapa hal. Tentu yang akan saya ceritakan soal membuat buku yang kami rencanakan bertahun lalu. Buku tentang Pak Djoko Pekik, pelukis Celeng yang tersohor itu. Harga lukisannya tergolong termahal pada saat itu. Rp 1 miliar.  Semula saya hanya mewawancarai Pak Pekik dan beberapa orang di sekitarnya. Tapi saya tidak ingin hanya mewawancara saja. Saya mengutarakan niat saya untuk belajar menulis.

Belajar langsung dari sang suhu, penulis Caping Majalah Tempo tentu akan berbeda rasanya. Mas Goen  menyambut keinginan saya. Aih senangnya. Tapi buru-buru saya bilang. "Kalau terlalu ringan, mohon dimaklumi ya, Mas?" Mas Goen bilang,"Justru jangan berat semua. Memang bagian saya sangat berat."

Wah rasanya saya melayang. Senang betul. Saya merutuki diri, kenapa tidak dari dulu saya sampaikan keinginan ini. Kami harus bergegas menuntaskan buku ini. Dan saya sudah menyiapkan diri melekan dan bekerja keras untuk menuntaskan ini.


Semoga alam semesta memberkahi.

Palmerah, 10 Juli 2013

2 komentar:

  1. nah, seharusnya sejak dulu mba rurit hijrah ke jakarta. ya, kayak gini hasilnya. kalau ngendon di jogja terus, gak mungkin bisa kayak gini. buat orang-orang 'kayak kita', jogja cuman nyaman buat liburan.. hehehe...

    BalasHapus
  2. tenane hen? hehehhee. Cie kayak kita. Emang kayak apa sih?

    BalasHapus