Pagi tadi saya makan di kantin. Menunya soto ayam dengan sate ati dua tusuk. Tumben-tumben saya makan berat. Biasanya saya tak terlalu peduli dengan sekitar saya. Saya banyak menggunakan makan sebagai eating meditation. Tapi ndilalah, ini hari memang agak istimewa. Saya menganggapnya sebagai blessing in disguise.
Ada dua kelompok mbak-mbak di sebelah dan depan meja saya.
Pembicaraan 1.
A : Kamu makan apa?
B : Makan pecel aja.
A : Kok cuma pecel?
B : Kan aku Senin -Jumat nggak makan daging. Hanya akhir pekan tok makan daging.
Saya : menatap nanar soto ayam di depan saya. Pikiran mulai merespon. Udah tuwir kok masih makan perdagingan tanpa merasa bersalah sih. Mbok dicontoh mbak-mbak itu. Sudah sehat, badan kurus pula. Belum lagi usai batin ini berdialog. Satu mbak-mbak menyusul. Badannya kurus kayak batang lidi. Dia datang bersama piring yang cuma berisi sayur jamur seupil dan satu potong tempe.
Perasaan saya sih, dia terbeliak melihat menu soto ayam yang saya pilih di pagi hari. Inilah pembicaraan mereka.
C: Diet ya. Kok makan cuma segitu doang.
D: Biasanya malahan sayur doang. Atau buah doang.
Saya : Glek...tamparan ke dua di pagi hari.
Besok saya tes kesehatan untuk asuransi. Semoga saja saya lolos dan dinyatakan menjadi anggota asuransi. Saya baru sadar mengabaikan kesehatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar