Rabu, 28 Agustus 2013
Puntung Rokok
Saya tahu, merokok itu hak setiap pribadi. Tapi membuang puntung rokok itu bukan lagi hak pribadi. Ada kepentingan publik yang harus dijaga dengan baik. Puntung rokok berarti terkait dengan sampah, dampak lingkungan, dan nyawa.
Saya sebenarnya enggan sekali menyebut perokok itu tak beradab. Tapi memandangi keseharian mereka; plempas plempus di depan anak kecil tanpa merasa berdosa, dan terakhir membuangnya sembarangan membuat saya mengelus dada. Tak ada kata lain selain menyebut para perokok itu tak beradab.
Beberapa bukti yang menjadi teman akrab saya bisa menjelaskan saat berhadapan dengan puntung rokok dan orang yang mengisapnya. Di tempat saya tinggal ada kolam renang. Setiap hari saya berenang karena alasan kesehatan. Nah, ketika saya berenang, haaapppp....saat saya mengambil nafas, satu buah puntung rokok berada tepat di depan mulut saya dan nyaris masuk mulut. Konsentrasi jadi terganggu dan umpatan di dalam air sempat saya lontarkan. Sudah lima kali saya menemukan puntung rokok di kolam renang.
Pengalaman terjadi di depan kamar sudah. Sudah tak terhitung berapa sekian kalinya puntung rokok nongkring di depan pintu. Dulu, saya pernah meletakkan keset di depan pintu. Pulang kerja keset sudah bolong dan sebuah puntung rokok tergeletak.
Yang teranyar, karena puntung rokok gedung tempat saya bekerja terbakar meskipun tak melalap seluruh areal gedung. Dari cerita driver yang menyaksikan malam itu, ada puntung rokok yang dibuang tepat di atas kasur. Asap rokok sampai di lantai 5. Padahal di sekitar areal gedung sudah ada aturan larangan merokok. Dulu di tempat parkir perusahaan masih menyediakan kursi untuk mereka yang merokok. Ealah...ya itu tadi dasar tak beradab, kursi bolong-bolong dan pot tanaman berisi puntung rokok. Andai tanaman bisa menangis. Lalu muncullan larangan merokok diareal parkir dan dipindah tempat lain.
Kembali ke puntung rokok yang telah membakar sebagian kecil gedung itu, rupanya perusahaan menelusuri pembuang puntung rokok. Mereka mencarinya melalui kamera CCTV. Dan tralala trilili....sudah ketemu pembuang puntung rokok itu. Seorang driver bercerita pada saya yang menyaksikan langsung peristiwa itu, tiga orang di cut alias diputus kerja. Seorang teman menyeletuk, kok nggak pakai SP1 dan seterusnya?
Jawaban saya. "Kalau puntung rokok itu membakar semua gedung dan perusahaan kita bangkrut lalu kita jadi pengangguran, maukah kamu? Dia diam. Saya melanjutkan. "Kalau puntung rokok itu membakar seluruh gedung dan ada orang yang terbakar dan salah satunya, misalnya kamu atau teman kita, meninggal, bisakah kamu menerimanya?Dia diam juga.
Seringkali orang tak sadar dengan apa yang dia lakukan. Bisa jadi pelaku pembuang puntung rokok tidak tahu bahwa sebelumnya dia telah melakukan perbuatan yang merugikan. Misalnya, dia membuang puntung rokok sembarangan di tengah hutan belantara ketika dia mengendarai mobil. Sementara kendaraannya telah melaju, puntung rokok telah membakar hutan. Tahukah dia atas perbuatannya? Pasti dia tidak tahu karena dia sudah berada berapa di radius puluhan atau ratusan kilometer.
Bicara puntung rokok, tak lepas dari si pengisapnya. Saya paling miris menyaksikan orang naik motor sembari plempas plempus di motor. How come? My God. Asap rokok di belakang, berapa banyak orang rugi? Juga kejahatan perokok yang paling mengerikan adalah merokok di ruang publik angkutan umum, bus kota, dan ruang terbuka sementara ada anak kecil di dekat mereka. Tega sekali ya?
Saya tak alergi ada orang merokok. Silakan.Tapi asapnya ditelan sendiri, ya? Jangan merugikan orang.
Kuningan, 27 Agustus 2013
Di sela deadline menulis buku yang lagi mandeg ide
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
hu uh nyebelin ya.. pengalamanku dulu di ruang rapat yang berisi hampir 30 orang, yang tidak merokok hanya 4 orang termasuk aku yg lagi hamil. Could you imagine it?
BalasHapusPastinya han....Bahkan pada orang hamil pun mereka tidak peduli. Gila ya makhluk beradab yang namanya manusia itu...
BalasHapus