![]() |
joglo di tengah-tengah |
Mengapa topik Rumah menarik hati saya? Ini setelah mengunjungi rumah sahabat saya, Ine Febriyanti. Seperti yang pernah saya ceritakan, selalu ada yang dibawa pulang jika berkunjung ke rumah saudara atau sahabat. Begitu mengunjungi rumahnya yang asri, teduh, dan hijau, saya menyadari bahwa rumah merupakan beranda jiwa bagi pemiliknya.
Berlokasi di Jagakarsa, Jakarta Selatan, kawasan ini paling "manusiawi" ketimbang kawasan Jakarta lainnya.Tidak usah saya ceritakan mengapa saya sampai harus menyebut soal manusiawi atau bukan. Sebagian sudut Jakarta sesak, macet, sibuk, nyaris tak pernah "tidur". Meski saya pernah menetap di Jakarta tujuh tahun lalu, adaptasi tubuh ini rupanya tak mudah. Hari pertama, gempor tubuh ini berjibaku dengan kemacetan. Dikepung kemacetan setiap hari, berkawan akrab dengan polusi udara, bisa dibayangkan, jika rumah tak diciptakan seasri mungkin, tinggal di Jakarta pastilah seperti tinggal di neraka.
![]() |
meniti tali, bermain sepanjang hari |
Sama seperti rumah Tante Nelly yang menyediakan lahan terbuka, begitu pula rumah Ine. Lahan kosong inilah yang dijadikan tempat bermain putera puterinya, Fa, zyein, dan amanina bermain ayunan, meniti tali. Joglo yang luas dan rumah adat mini juga menjadi tempat pilihan lain bermain sang buah hati. Selain menyediakan lahan bermain, Ine juga menanami pohon kayu putih, cemara, dan tanaman pengusir nyamuk yang memberi manfaat bagi seluruh penghuninya.
Rumah bagi Ine, mewakili rasa seni dalam diri dan sang suami. Sebagian besar rumah itu dipersembahkan sang suami, Yudi Datau yang mengelana ke seluruh penjuru Nusantara. Di seluruh Nusantara inilah dia menemukan jendela, kusen, lantai ala jaman Belanda dan dipindah ke rumah idaman mereka berdua. Jadilah joglo, rumah lampung, paviliun ala rumah Belanda yang shampir keseluruhannya berbau nusantara dan ratusan tahun usianya. Tak cuma menawarkan rindang dan asri, rumah ini juga memberi oase seni bagi keluarga dan tamu-tamu yang mengunjungi rumahnya.

![]() |
nge-teh bersama, momen paling indah di sini |
Kami berdua dipertemukan, mungkin salah satunya karena sama-sama penikmat kehidupan. Dari rumah yang punya roh inilah, kami selalu berharap, selalu lahir karya-karya yang tidak hanya bermanfaat untuk kami, tetapi juga semua makhluk di bumi. Terakhir, dari kunjungan ini pula, saya berjanji pada diri sendiri, jika membangun rumah, secukupnya saja. Memberi kesempatan bumi ini untuk bernafas lega, tak ada salahnya di mulai dari dalam diri.
Tangerang, 29 Januari 2012
Pukul 21.05
wah.. hijau... paporitku.. hehehe.. keren sekali.. joglo itu bisa untuk "menyepi",,, :D
BalasHapus"Kami nyaris tak ingin membuang waktu untuk hal-hal yang tak perlu, bergosip, misalnya."
BalasHapusyang bo'ong mba? hehehe.
haneee@ yooiiii....eunak buat meditasi pisan hihih.
BalasHapushenry@ nek nggosip mung kato henry karena mas mu sing paling ngganteng sak politbiro kae lo hehhehehe
wah rumah-e ine adem banget klu, asyik y ono titian tali-ne
BalasHapushooh. bersahaja. ramah lingkungan, dan pro alam. liat mereka meniti tali dari ujuung ke ujung ngiri euy nek aku wis tibo terus kuwi
Hapusamanina tetep dgn boots kerennya...
HapusWah, rumahnya enak banget...
BalasHapusapalagi di Jakarta
bisa lepas dari penat..
eh, salam dong buat dia...
dulu pernah mau buat acara dan mengundang dirinya
tapi sayang lagi hamil...
he.he.h.e.h
salam hangat Mbak rurit...
Mama Isaias@ keren dan cantik dong...:)
BalasHapusbung Odi@ ijo royo royo bung menentramkan hati...si pemilik ndak kemaruk ngabisin lahan. semoga doi baca ini ya
Lohh....
BalasHapusaku ngomentari komentator aja ahh..
ternyata nemu Kang Odi juga disiniiii...
:P