Jujur, saya senang belajar hal baru. Kata-kata seperti bump up, long shot, pitching, VT, framless, lampu...yang bikin saya bengong, apa itu ya...lama-lama jadi teman akrab. Belajar di dunia televisi benar-benar saya rasakan sebagai sebuah pekerjaan teamwork. Tidak seperti di dunia cetak yang lebih simple koordinasinya, di dunia televisi ya ampun ...banyak banget person yang berhubungan dengan divisi saya.
Sejauh ini saya baru bisa belajar "memahami" pembuatan segmen, tema, kejar nara sumber. Tok....til. mengurus biaya produksi nol, editing nol. Ngomong-ngomong saya hampir mau pingsan ketika mengetahui job desk saya kelak juga sampai ngurus makanan berapa kotak untuk nara sumber, para pekerja teknis, tamu dll. Melongolah saya. Ribet banget ya? Tapi baiklah, saya menghibur diri, memang begitulah dunia televisi. Sungguh dunia yang berbeda. Jadi, terima saja.
Hemmm...setelah urusan teknis...momok di dunia televisi yang juga kini menghinggapi saya adalah rating. Oh ...no. Sebagai program baru, tentu acara kita belum dilirik. Dan deg-deg-an-lah saya dari minggu ke minggu setelah saya mendengar beberapa teman berkelompok menyaksikan acara mereka masuk dalam top 20 acara milik televisi kami. Pecah telor itu terjadi pada episode ke-3. Kami mendapati ucapan selamat karena masuk top 20. Saking nggak pede-nya. Host dan teman produser saya, Denta dan Ocha bilang begini. "Jangan-jangan top 20 dari 21 acara hahhaha."
Minggu berikutnya, kami tak mendapat kabar apapun. Jadi bisa dibayangkan, episode ke-4 nilai kami jeblok pastinya. Baiklah. Performa harus diperbaiki. Dan pengambilan tema itu, akhirnya jatuh pada santet dan zinah. Saya mengusulkan tema itu karena akan ada 230 juta rakyat Indonesia yang bertumpu pada perumusan RUU KUHP. Santet dan zinah juga tema merakyat. JAdi saya yakin akan banyak yang merasa pingin tahu tentang dua tema itu. Pemilihan nara sumber kami pertimbangkan masak-masak, agar lebih berbobot. Dan berbagilah kami dengan dua tema. Taping pertama dengan episode sekaligus. Woowww...agak sibuk memang.
Sejak segmen pertama hingga akhir, dialog berlangsung seru. Dengan kekurangan satu nara sumber yang terlewat karena miss koordinasi, akhirnya acara sukses. Kami bahkan sudah tidak mengingat acara itu lagi. KAmi sudah disibukkan dengan taping tema selanjutnya. Hingga pagi-pagi sekali, Ocha menunjukkan ucapan selamat dari para "bos-bos". Acara kami mendapat rating 1 setara acara Kick Andi, dan di Kompas TV mendapat peringkat 1 dari top 20. Woooowwwww. DAri nomor buncit jadi nomer 20.
"Oh begini ya momok rating itu," kata saya dalam hati. Ada benarnya. Karena saya sendiri merasakan ada perasaan melambung ketika mendapat berita gembira itu, meski cuma sebentar. Setelah itu biasa lagi. Saya cuma berujar, performa harus diperbaiki lebih baik lagi. Itu saja.
Jakarta, 7 Mei 2013.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar