Selasa, 25 Maret 2014

Jokowi



Sihir itu bernama Jokowi atau Joko Widodo. Beberapa tahun terakhir  dia  menghiasi media-media nasional dan populer dengan acara blusukannya. Saya sendiri bertemu langsung dengan Jokowi ketika di Solo sekitar dua tahun lalu. Bersama teman-teman yang lain yang tengah belajar tentang kepemimpinan nasional, kami ingin mengenal dari dekat kepemimpinan  Jokowi di Surakarta.

Mengenakan sepatu kets, baju putih, dan celana gelap,  Jokowi waktu itu masih menjadi Walikota Surakarta. Selama satu jam bertamu itu, dia  menceritakan pengalamannya selama memimpin Solo. Kisah lucu yang saya ingat ketika dia pertama kali menjadi inspektur upacara, saat hari pertama memimpin Surakarta .Ketika komandan upacara melaporkan kepada Jokowi sebagai inspektur upacara, dia heran. "Sudah bermenit-menit kepalanya memegang dahi kanan tanda hormat kok tidak turun-turun juga. Akhirnya karena saya kecapekan, saya turunkan tangan, dan semua peserta upacara grenengan (bercakap-cakap) Usai upacara semua anak buah di lingkungan Pemerintah Kota Surakarta tertawa. "Saya baru tahu kalau yang menurunkan tanda hormat itu saya sendiri." Geeeeerrrrrrr....Kami yang ada di ruangan itu tertawa terbahak-bahak. Begitu cair dan lepas.

Seperti itulah Jokowi. Sederhana dan bersahaja. Tidak berubah. Sama seperti ketika hari Minggu, (23/3) ketika kami tim Kompas TV bertemu dengan Jokowi dalam sebuah undangan makan malah di Restoran Lara Jonggrang.

Perbincangan hangat dan cair. Saya melihat tawa Jokowi begitu lepas, hingga dia terpingkal-pingkal ketika seorang teman menyampaikan cerita ini.

Teman saya : Pak, ternyata sudah ketahuan lho Presiden bonekanya siapa?
Jokowi : Siapa (mimik wajahnya serius)
Teman : Itu yang memeluk teddy bear, pegang boneka.
(Terperanjat sebentar setelah itu tertawa terpingkal-pingkal. Ruangan serasa bergetar)
Jokowi : Kalian itu lho nakal-nakal. Apa saja bisa dibuat. Hahahaha...

Banyak hal yang diceritakan Jokowi. Mulai dari perjanjian Batu Tulis, cawapres yang akan bersanding dengan dirinya, hubungannya dengan Megawati, kisah pencapresan dan pendeklarasian di Rumah Pitung dll. Tentu semua off the record.

Pertemuan sekitar sejam lebih itu pun bubar. Setelah berpamitan, kami meminta Pak Jokowi berfoto bersama. Pak Jokowi memilih foto berlatar belakang Soekarno. "Latar belakangnya ini saja," kata Jokowi sembari menunjuk foto Bung Kanrno. Kami segera mengambil posisi bersama Jokowi.   Sayang, karena restoran itu gelap, sementara tidak ada di antara kami yang menggunakan kamera, jadilah foto kami ala kadarnya. Hiks. Tapi Jokowi memang sihir. Baru kali ini saya melihat teman-teman di kantor meminta foto satu per satu. Sihir itu bernama Jokowi.


Kemanggisan, pukul 09.08
27 Maret 2014


Rabu, 12 Maret 2014

Ahok


Ahok atau Basuki Tjahja Purnama adalah sebuah perkecualian. Dia mewakili agama dan suku minoritas di Indonesia, tapi apa yang dilakukannya mewakili keinginan  mayoritas rakyat Indonesia, yakni  Indonesia bersih, bebas dari korupsi.

Bicaranya meledak-ledak, tanpa tedeng aling-aling. Baginya bekerja di pemerintahan sebuah pengabdian, untuk ibu pertiwi. Maka, orang yang bekerja di pemerintahan jangan pernah bermimpi kaya, kecuali nyolong duit negara. Berkali-kali dia menegaskan, seseorang yang tidak mau dituduh korupsi harus bisa membuktikan kekayaannya.

Malam itu, saya bersama teman Kompas TV, diundang makan malam ke kantornya. Pak Ahok rupanya doyan makan enak. Menu yang dihidangkan wooow meriah banget. Sop buntut, udang, ikan bakar, cap cay, ayam goreng,  nasi merah, dan buah segar.Kami sampai kekenyangan. Di sela-sela obrolan  itulah Ahok menceritakan banyak hal, yang bikin bulu kuduk saya berdiri. Betapa korupnya pejabat kita. Rasanya saya makin frustasi setelah mendengar ceritamya. Masih adakah titik cerah bagi negeri kita bebas dari korupsi?

Mengapa orang tak bisa mengatakan cukup pada dirinya sendiri? Sampai seberapa lama kekayaan bisa membius seseorang? Di tengah rasa gundah itu, sesaat sebelum pulang saya minta berfoto bersama. Sangat jarang bagi saya untuk meminta foto seorang pejabat. Yang dulu pernah saya lakukan minta foto bersama Wapres Budiono ketika tengah berkampanye. Setelah itu, Pak Boediono benar-benar menjadi Wakil Presdien.  Nah, sekarang saya ingin berfoto bersama dengan Pak Ahok. Mungkinkah kursi DKI 1 benar-benar ada di pundaknya?  Tapi kadang-kadang kejutan kerap menyertai dalam kegiatan jurnalistik saya. Pak Ahok menawari saya berfoto dengan menduduki kursi kerjanya. Pak Ahok mengambil posisi di belakang saya.  Wooow. Teman-teman berkomentar, foto saya mirip pre wedding. Setelah melihatnya, saya pikir-pikir kok benar juga ya? Hahahaha



Palmerah, 12 Maret 2014





Minggu, 02 Maret 2014

Saya Kelelahan

Beberapa hari ini otak ini rasanya panas. Sepertinya saya kelelahan. Mungkin karena terlalu  terseret, jadi kesadaran ini melemah.

Pekerjaan beberapa hari ini menumpuk. Saya jadi produser sendirian lagi. Soal konten dan narasumber mungkin tidak terlalu keteteran. Tapi  persoalan teknis yang rumitnya setengah mati membuat saya kehabisan energi.

Karena itulah saya harus berhenti. Rehat sebentar. Rabu Minggu depan untunglah saya ke Melaka. Jadi lumayan liburan tiga hari. Cuma pingin bawa baju apa adanya dan tas satu biji.Benar-benar pingin liburan efisien.

Meditasi, makan, dan nongkrong. Untung perginya bertiga dengan teman meditasi. Jadinya bisa meditasi bersama di pinggir sungai deh.

Tak cuma itu saja. Bulan April besok saya juga merencanakan liburan ke Jambi lima hari. Masuk hutan dan liburan di rumah penduduk. Tiket juga sudah saya pesan. Saya bersama sahabat di kantor, Tante Jul. Jambi tempat dulu KKN. Saya masih ingat rasanya pindang patin yang sedapnya auzubillah (sekarang pun masih ngeces). Seperti apa Jambi sekarang?

Nah di bulan Mei, liburan yang isinya tanggal merah semua, saya manfaatkan cuti. Lumayan bisa liburan hampir dua minggu. Saya cari tiket dan yiaaayyy tiket sudah di tangan. Tanggal 21 saya sudah berangkat ke Dili, pulang tanggal 30 Mei. Wooow lama banget ya.

Saya butuh rehat. Itu saja. Saya tahu caranya menyeimbangkan diri. Liburan adalah salah satu caranya.


Palmerah, 2 Maret 2014

Kerja di hari libur itu sesuatu yak.