Jumat, 14 Juni 2013

Berbenah Ruangan Itu Menyenangkan

Sudah dua bulan ini saya tinggal di apartemen. Sejak menempatinya, hobi baru saya berbenah-benah. Lumayan berkeringat dan menyenangkan. Saya merasakan keasyikan ketika memutar pernak pernik ini, membeli ini itu, mengubah tata letak ruangan sampai merasa puas. Heemmmm....ini seperti kita melukis. Mengambil tema apa dan menambah ini itu ketika gambar terasa tidak sreg. Rasanya menyenangkan.  Badan bugar dan puas bisa menikmati hasil penataan kita.

Karena tempat tinggal saya kecil cuma 33 meter persegi tentu tidak terlalu sulit membenahi rumah. Cuma saking kecilnya juga kadang-kadang bingung meletakkan penataan di sana sini. Hiiiii...Jeratan batman-nya karena merasa kecil, seringkali saya meletakkan barang di sana sini. Lama kelamaan kok jadi berantakan. So...biar selalu terlihat rapi, saya punya jurus ampuh agar rumah terlihat rapi.

1. Jangan sekali-sekali meletakkan suatu barang di tempat tidak semestinya. Secara psikologis kita akan menumpuk satu demi satu. Lambat laun menggunung  dan enggan membenahinya lagi
2. Mulailah merapikan ruangan dari satu tempat saja. Fokuskan berbenah di sana. Begitu satu tempat sudah rapi bergeser ke lokasi lain. Pasti deh lambat laun akan rapi di segala sudut
3. Belilah barang yang fungsional saja. JAngan sekali-kali beli barang yang nggak perlu. \

Segitu dulu aja ah.


Palmerah, 14 Juni 2013








Kamis, 13 Juni 2013

Menghibur Diri

Pagi tadi bangun tidur, kepala saya berat sekali. Saya harus menenangkan diri. Diam. Hening. Cukup lama. Mungkin sekitar sejam. Lalu saya tertidur lagi. Karena bangun sebelumnya jam 16.00. Ketika mata saya terbuka lagi, pagi sudah mulai terang tanah. 5.30. Saya mulai meditasi untuk kedua kalinya dan untuk waktu yang lama. Saya tengah menghibur diri.

Kemarin hari yang berat. Dua nara sumber yang dipastikan datang, membatalkan karena kunjungan kerja. Yap. Saya harus kecewa empat kali dengan anggota DPR. Paling parah Rachel Maryam, dari Partai Gerindra itu membatalkan datang hanya sejam sebelum acara di mulai. Sumpah serapah saya pada waktu itu. Sampai-sampai saya berdoa semoga dia tidak pernah terpilih lagi jadi wakil rakyat.

Satu nara sumber Bima Arya juga orang partai membatalkan  empat jam sebelumnya. Padahal keberadaan dia sebagai nara sumber utama. Dia tak hadir maka taping berbiaya ratusan juta rupiah batal. Saya tak kehilangan akal. Saya SMS ke dia, kalau dia tak hadir atau mencarikan pengganti, maka saya dipecat dari tempat saya bekerja dan syuting berbiaya ratusan juta rupiah jadi tanggung jawab saya. Entah manjur entah tidak, dia akhirnya meminta kolehnya Viva Yoga untuk hadir. Ahhh  thanks Mas Yoga. Anda menyelamatkan acara saya.

Saya menyumpah-nyumpah kesekian  kalinya. Orang-orang itu tidak punyakah etika? Jika mereka memang tidak bisa mengapa tidak menolak sejak awal? Lalu kemarin, puncak dari kekesalan saya terhadap wakil rakyat itu. Dua narasumber tidak bisa karena kunjungan kerja. Itu memang hak mereka. Tapi juga jangan salahkan saya kalau sumpah serapah dan kutukan-kutukan keluar dari mulut saya yang jahat.

Dan saya tumbang. Kepala saya berdenyut-denyut, leher saya mengeras dan punggung saya seperti terbakar. Sempat terlintas jangan-jangan saya bisa stroke karena kemarahan saya yang meledak. Saya buru-buru cari tukang pijit. Dikerik dan diurut. Luar  biasa hasil kerikan itu. Hitam. Sampai-sampai bibi tukang pijat berdecak beberapa kali.  Kepala, leher saya  nyut-nyutan semua.

Wowww kemarahan itu teman, percayalah energi yang begitu buruk untuk diri kita sendiri. Bukan orang lain yang merasakan. Kita sendiri. Kalau saya boleh mengatakan  neraka itu seperti apa,  saya rasa inilah neraka yang sebenarnya. Bukan di awang-awang. Dia hadir dalam keseharian kita ketika  batin kita terseret terhadap suatu masalah.

Dua jam setelah meditasi melalui dua tahap, merasakan batin yang terseret, merasakan frustasi, saya mulai mengamati kegagalan saya, kemarahan saya, menyalahkan orang lain, dan batin yang terus berseliweran. Naik turun naik turun. Menyadarinya. Tidak mulus. Sampai akhirnya mereda pelan. Berkecamuk lagi. Saya hanya mengamatinya. Setelah itu, berangsur-angsur nyut-nyut di kepala saya mereda. Demikian pula, leher. Punggung saya yang rasanya terbakar juga berangsur hilang.

Tiba di kantor saya berdandam. Memandangi muka saya. Saya perlu rileks. Saya perlu menghibur diri. Dan saya pun menulis blog. Tentu, masalah di depan saya belum tuntas. Begitu saya mengakhiri tulisan ini. Saya akan memburu nara sumber lagi. Tentu dengan sudut pandang yang berbeda. Ah ... benar. Menulis adalah terapi jiwa. Percayalah...kalian perlu mencobanya.


Palmerah, 14 Juni 2013


Senin, 03 Juni 2013

Kepercayaan


Apakah jadinya ketika kalian bersahabat bersama-sama sekian puluh tahun. Hampir 20 tahun. Dan mendapati kenyataan bahwa sahabat Anda tak mempercayai Anda? Sementara kalian begitu memercayai dia begitu dalam?

Saya mengalaminya. Dan tersadar pada sebuah pagi. Saya sempat terpana. Sakit iya. Tapi akhirnya saya legowo. Ya sudah. Dan detik itu juga saya putuskan berbalik arah. Saya tak akan menoleh lagi padanya. Saya hanya menganggapnya teman biasa. Tak ada yang istimewa. Saya sudah tidak kecewa lagi.  Saya merasa lebih bebas sekarang. Pada akhirnya semua teman sama saja. Tidak ada yang lebih, tidak ada yang kurang. Semua sama. Feel free like a bird hehehe :)


Jakarta, Palmerah, 3 Juni 2013