Rabu, 29 Mei 2013

Sendiri Jadi Produser

Baru menginjak tiga bulan di kantor ini, saya ditinggal teman kompak satu tim saya.Ocha. Semula saya tidak percaya sampai saya benar-benar ditinggal Ocha pada sebuah pagi. Nyungsep rasanya. 

Saya bengong. Sebagai produser baru yang masih awan dengan teknis dunia pertelevisian saya benar-benar kalang kabut. Gimana ngurus lighting,  gimana ngurus keuangan, dan tetek bengek lainnya.

Kalaupun ada kemampuan saya yang nyambung dengan pekerjaan saya sebelumnya adalah membuat  naskah. Juga menentukan tema, membuat segmen. Saya tak kerepotan. Tapi produser di sebuah televisi harus mengerti semua hal.

Untunglah saya sudah belajar kesadaran di meditasi. Tinggal mempraktekkan saja. Jadi seberapapun pahitnya, seberapapun keadaan tak berpihak pada kita.Hadapi saja. Baiklah. Saya belum bisa menjamin saya mampu. Karena belum terjadi. Alih-alih, saya hadapi keadaan yang ada di depan mata. Kini, di sini, saat ini.


Palmerah Selatan, 27 Mei 2013

Selasa, 07 Mei 2013

Di Kantin Pagi Tadi

Pagi tadi saya makan di kantin. Menunya soto ayam dengan sate ati dua tusuk. Tumben-tumben saya makan berat. Biasanya saya tak terlalu  peduli dengan sekitar saya. Saya banyak menggunakan  makan sebagai eating meditation. Tapi ndilalah, ini hari memang agak istimewa. Saya menganggapnya sebagai blessing in disguise.


Ada dua kelompok mbak-mbak di sebelah dan depan meja saya.


Pembicaraan 1.

A : Kamu makan apa?
B : Makan pecel aja.
A : Kok cuma pecel?
B : Kan aku Senin -Jumat nggak makan daging. Hanya akhir pekan tok makan daging.


Saya : menatap nanar soto ayam di depan saya. Pikiran mulai merespon. Udah tuwir kok masih makan perdagingan tanpa merasa bersalah sih. Mbok dicontoh mbak-mbak itu. Sudah sehat, badan kurus pula. Belum lagi usai batin ini  berdialog. Satu mbak-mbak menyusul. Badannya kurus kayak batang lidi.  Dia datang bersama piring yang  cuma berisi  sayur jamur seupil dan satu potong tempe.
Perasaan saya sih, dia terbeliak melihat menu soto ayam yang saya pilih  di pagi hari. Inilah pembicaraan mereka.


C: Diet ya. Kok makan cuma  segitu doang.
D: Biasanya malahan sayur doang. Atau buah doang.


Saya : Glek...tamparan ke dua di pagi hari.


Besok saya tes kesehatan untuk asuransi. Semoga saja saya lolos dan dinyatakan menjadi anggota asuransi. Saya baru sadar mengabaikan kesehatan.

Rating

Sudah dua kali gajian saya berada di tempat baru  ini. Makin lama makin enjoy. Yah saya menikmatinya. Pengalaman baru. Merasakan kegagapan di sana sini karena masih anak "anyar". Tapi seberapapun asingnya, selama kita melebur bersama ketidaktahuan itu, semuanya akan terasa ringan.


Jujur, saya senang belajar hal baru. Kata-kata  seperti bump up, long shot, pitching, VT, framless, lampu...yang bikin saya bengong, apa itu ya...lama-lama jadi teman akrab. Belajar di dunia televisi benar-benar saya rasakan sebagai sebuah pekerjaan teamwork. Tidak seperti di dunia cetak yang lebih simple koordinasinya, di dunia televisi ya ampun ...banyak banget person yang berhubungan dengan divisi  saya.

Sejauh ini saya baru bisa belajar "memahami"  pembuatan segmen, tema, kejar nara sumber. Tok....til. mengurus biaya produksi nol, editing nol. Ngomong-ngomong saya hampir mau pingsan ketika mengetahui  job desk saya kelak juga sampai ngurus makanan berapa kotak untuk nara sumber, para pekerja teknis, tamu  dll. Melongolah saya. Ribet banget ya? Tapi baiklah, saya menghibur diri, memang begitulah dunia televisi. Sungguh dunia yang berbeda. Jadi, terima saja.


Hemmm...setelah urusan teknis...momok di dunia televisi yang juga kini menghinggapi saya adalah rating. Oh ...no. Sebagai program baru, tentu acara kita belum dilirik. Dan deg-deg-an-lah saya dari minggu ke minggu setelah saya mendengar beberapa teman berkelompok menyaksikan acara mereka masuk dalam top 20 acara milik televisi kami. Pecah telor itu terjadi pada episode ke-3. Kami mendapati ucapan selamat karena masuk top 20. Saking nggak pede-nya. Host dan teman produser saya, Denta dan Ocha bilang begini. "Jangan-jangan top 20 dari 21 acara hahhaha."


Minggu berikutnya, kami tak mendapat kabar apapun. Jadi bisa dibayangkan, episode ke-4 nilai kami jeblok pastinya. Baiklah. Performa harus diperbaiki. Dan pengambilan tema itu, akhirnya jatuh pada santet dan zinah. Saya mengusulkan tema itu karena akan ada 230 juta rakyat Indonesia yang bertumpu pada perumusan  RUU KUHP. Santet dan zinah  juga tema merakyat. JAdi saya yakin akan banyak yang merasa pingin tahu tentang dua tema itu.  Pemilihan nara sumber  kami pertimbangkan masak-masak, agar lebih berbobot. Dan berbagilah kami dengan dua tema. Taping pertama dengan episode sekaligus. Woowww...agak sibuk memang.

Sejak segmen pertama hingga akhir, dialog berlangsung seru. Dengan kekurangan satu nara sumber yang terlewat karena miss koordinasi, akhirnya acara sukses. Kami bahkan sudah tidak mengingat acara itu lagi. KAmi sudah disibukkan dengan taping tema selanjutnya. Hingga pagi-pagi sekali, Ocha menunjukkan ucapan selamat dari para "bos-bos". Acara kami mendapat rating 1 setara acara Kick Andi, dan di Kompas TV mendapat peringkat 1 dari top 20. Woooowwwww. DAri nomor buncit jadi nomer 20.

"Oh begini ya momok  rating itu," kata saya dalam hati. Ada benarnya. Karena saya sendiri merasakan ada perasaan melambung ketika mendapat berita gembira itu, meski cuma sebentar. Setelah itu biasa lagi. Saya cuma berujar, performa harus diperbaiki lebih baik lagi. Itu saja.


Jakarta, 7 Mei 2013.