Sabtu, 12 Januari 2013

Memelihara Persahabatan

Apa yang indah indah dari persahabatan? Jawaban saya:  jika kita mampu memelihara persahabatan itu ukuran kesadaran.  Sejak kecil saya punya sahabat. Seabreg-abreg jumlahnya hingga sekarang. Kata banyak teman, saya tipe orang yang mudah mendapat teman. Mungkin benar. Tapi sejujurnya sahabat saya yang mengerti "jeroan" saya luar dalam tidak lebih dari lima jari. 

Nah, belakangan saya mulai berpikir-pikir sahabat yang benar-benar dalam arti sebenarnya bagaimana sih? Dulu sekali saya sangat melekat pada teman-teman saya. Saking melekatnya, saya jadi posesif. Tentu ini tidak sehat. Melalui pasang surut persahabatan beberapa kali, saya tersadarkan satu hal: Sahabat datang dan pergi, seperti debu. Mirip kalau kita punya kekasih, suami, ayah dan ibu. Sama saja. Jadi belakangan ini saya melepaskan kelekatan itu. Lebih enak sih. Dengan siapa saja saya bersahabat, tak ada beban, tak bersekat. Sahabat datang dan pergi itu biasa.  Mereka marah pada saya atau bahkan sebaliknya, mereka juga  pergi dari kehidupan kita. Jadi tak perlu terlalu melekatinya.

Saya sadar memaafkan seseorang yang melukai kita butuh waktu sejenak. Begitu pula saya juga sadar kalau kita memelihara kemarahan kita terlalu lama pada seseorang, kita sendirilah yang akan terluka, bukan orang lain. Jadi cuma butuh proses untuk kembali seperti biasa. Jika saya ingin menghindari seseorang dalam menjalin persahabatan  itu, bukan karena saya benci atau mendendam. Tapi pada saat ini, memang  diri ingin menjauh. Itu saja. Saat alam semesta memang mempertemukan, maka sahabat juga akan kembali dekat. Itu saja. 


Yogyakarta, 13 Januari 2013

Kamis, 10 Januari 2013

Lega



Perasaan lega itu, sepeti orang mencari minuman ketika rasa haus menghinggap  di terik yang menyengat, lalu menemukan pedagang es kelapa muda. Begitu es kelapa muda diseruput ahhhhh....rasanya lega, rasa haus pun meruap. Seperti itulah perasaan saya tadi malam. Tak mudah mengatakan sesuatu yang berat kepada teman yang menjadi mitra kerja kita selama beberapa saat.

Hingga pada akhirnya mesti lidah kelu kata-kata itu keluar juga. Pamitan.

Yogyakarta 11 Januari 2013

Selasa, 08 Januari 2013

Dikejar Deadline




Dikejar deadline itu enak nggak enak. Enaknya? Mendadak cerdas, mendadak kreatif. Nggak enaknya? Adrenalin terpacu menimbulkan ketegangan. Apa yang di makan jadi hanya sekedar mengisi perut, apa yang di minum sekedar melampiaskan dahaga. Lain tidak.

Terburu-buru. Dikejar deadline, mungkin dalam sebulan mendatang yang akan menjadi sahabat karib saya. Dan lambat laun saya pasti akan terbiasa dengan keadaan yang serba terburu-buru itu. Asosial mungkin juga menjadi bagian dari saya. Penikmat kehidupan mungkin juga makin jauh. Nah itu tadi bayangan saya, persepsi saya.

Beberapa saat kemudian saya sadar. Berdialoglah diri ini. Jangan memikirkan masa depan, jangan ingat masa lalu. Beradalah pada kekinian. Artinya, bisa saja apa yang saya pikirkan, kejadiannya tidak seperti kenyataannya.

Jadi, selamat datang Jakarta. Ibunya kota-kota di Indonesia. I'm coming. Inilah yang akan saya ketahui kelak, apakah diri ini  akan sama dengan kedatangannya saya beberapa tahun lalu di Jakarta. Penuh kemarahan, terburu-buru, tidak sabaran, kemrungsung, praduga, persepsi buruk, dan sedikit trauma kecil yang menghantui. Manusia berubah, demikian pula saya. Ada baiknya sementara ini saya mengingat perkataan Budha. Melihat hanya melihat. Mendengar hanya mendengar. Dan semua hal akan baik-baik saja ketika  membiasakan diri pada persepsi murni. Yeaaay...


Salam manis dari saya awal tahun yang memikat hati saya.


Yogyakarta, 7 Januari 2012







Catatan Saya Hilang



Entah kenapa, blog yang saya tulis kemarin hilang. Aneh. Ceritanya mau merevisi tulisan yang akan sudah kadung di posting tetapi banyak kata yang terlewat. Eh malahan tulisan Memperbaharui Tahun ilang. Hiks. Aneh. Tapi ya sudahlah. Mungkin ada yang saya tidak ketahui dari aturan blogspot lantaran terlalu lama tidak menulis. Ya wis...semoga tulisan bisa di back hehehhe















Selasa, 01 Januari 2013